Lebih jauh, Ray Rangkuti membedah konstelasi politik yang lebih luas di balik isu ini.
Ia menggambarkan hubungan antara tiga figur sentral—Prabowo Subianto, Joko Widodo, dan Megawati Soekarnoputri—seperti sebuah "bandul" yang terus bergerak.
Menurutnya, dinamika politik saat ini menunjukkan pergeseran signifikan.
"Jokowi saat ini tidak lagi memiliki kekuatan politik yang sama, sehingga Prabowo lebih memilih untuk mendekati Megawati," pungkasnya.
Pernyataan ini mengindikasikan bahwa Prabowo Subianto sedang membangun poros kekuasaannya sendiri, yang mungkin tidak lagi sepenuhnya bergantung pada pengaruh atau bayang-bayang Jokowi.
Kedekatan Prabowo dengan Megawati dan PDI Perjuangan bisa mengubah peta koalisi secara drastis.
Jika Prabowo merapat ke Megawati, secara otomatis posisinya akan menciptakan jarak dengan Jokowi.
Dalam konteks ini, isu ijazah palsu tidak hanya menjadi pengalih perhatian, tetapi juga bisa dilihat sebagai bagian dari permainan untuk mengurangi relevansi politik Jokowi pasca-lengser.
Dengan membiarkan isu ini bergulir, fokus publik tetap tertuju pada masa lalu Jokowi, sementara Prabowo leluasa menata masa depan pemerintahannya dan membangun aliansi strategis baru demi stabilitas politik jangka panjang.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara