"Dari sisi kebatinan, taktik politik Nasdem lewat rakernas dapat dibaca bahwa NasDem ingin menjadi game changer pada Pilpres 2024," kata Rajamuda.
Ia mengatakan hal itu berkaitan langkah politik Partai Nasdem yang mengusulkan tiga nama untuk menjadi Calon Presiden Republik Indonesia Periode 2024-2029 dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Nasdem di Jakarta pada Jumat (17/6).
Ketiga nama itu, yakni Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Panglima TNI Andika Perkasa, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Rajamuda mengatakan langkah ini menunjukkan bahwa Nasdem sebenarnya sedang mencoba memainkan kartu truf-nya sebagai partai antitesis dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).
Hal ini bisa terbaca dari gonjang ganjing politik selama ini di mana dalam banyak isu, katanya, Partai Nasfem selalu berdiri pada posisi yang berbeda dengan PDIP baik dari aspek cara pandang maupun dari sisi pilihan politik. Nasdem dan PDIP, kata dia, merupakan mitra koalisi yang dekat tapi jauh. Ibarat minyak dan air yang sulit sepaham.
"Saat di Istana Negara ketika jamuan makan bersama Presiden Joko Widodo beberapa hari lalu, bahasa tubuh Surya Paloh (Ketua Umum Partai Nasdem) dan Megawati (Ketua Umum PDIP) tidaklah akrab," katanya.
Pengajar investigatif news dan jurnalisme konflik di Fisip Unwira Kupang ini mengatakan kalimat Surya Paloh dalam rakernas menegaskan bahwa jangan ada partai yang merasa sangat berkuasa, menang sendiri, dan sombong adalah pesan verbal yang bermakna jelas bahwa posisi mereka sebagai partai antitesis.
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara