Mengenai hal ini, Pengamat Politik Rocky Gerung mengatakan bahwa (PT) 20 Persen terlalu tinggi sehingga menghambat partai-partai kecil untuk mencalonkan kadernya.
Rocky lantas menyindir MK seakan menutup hak masyarakat lantaran kerap kali menolak gugatan uji materi UU pemilu terkait PT 20 Persen itu.
Menurut dosen Filsafat itu, Jika MK masih menjadi batu sandungan bagi pihak-pihak yang ingin menggugat ambang batas pencalonan presiden menjadi 20 persen. Itu artinya MK menghambat hak bagi calon-calon potensial yang ingin maju nyapres.
"Loh saya mau memilih, saya mau mencalonkan menjadi calon presiden. Anda dapat 20 persen atau nggak? Jadi nggak boleh kalo saya nggak punya partai. Berarti yang boleh mencalonkan diri sampai Indonesia berantakan cuman mereka yang punya 20 persen, itu namanya ngehe kalau orang Jakarta," kata Rocky di Gedung DPR RI, Senayan Jakarta, (7/7/2022).
Rocky menilai MK saat ini telah buta terhadap filosofinya sendiri. Pasalnya MK memiliki kewenangan untuk menerima gugatan dari berbagai pihak terkait ambang batas 20 persen itu. Namun yabng terjadi justru MK kerap menolak pengajuan gugatan. Hal ini membuktikan MK sudah tidak lagi mendengarkan suara rakyat.
"Jadi dimana otak MK, apa nggak paham, kalau dia justru menjadi mulia karena diberikan hak untuk memantau keadaan rakyat menguping keadaan rakyat. Ini nggak mau nguping rakyat bicara dia nggak mau denger. Apalagi mau nguping," lanjut dia.
Rocky menantang MK untuk menerima uji materi terkait dengan gugatan PT 20 persen.
"Saya mau mendalilkan itu saya mau bertengkar semua hakim yang ada di situ. Buka forum kita debat habis-habisan. Dari sejarah intelektual konstitusi sampai konsekuensi dari mahkamah Konstitusi," tutupnya. []
Sumber: akurat.co
Artikel Terkait
Abraham Samad Sebut Laporan Jokowi ke Roy Suryo Cs Bentuk Pembungkaman Kritik
Desakan Pemecatan Wakil Presiden Kian Meluas, Aktivis 98: Kehadiran Gibran Sejarah Buruk Bagi Orang Waras!
Cara Pidato Seskab Teddy Tuai Atensi! Publik Sebut Bisa Jadi Saingan Masuk Bursa Cawapres ke Depan
Roy Suryo Sebut Tindakan Jokowi Lucu, Memalukan, dan Tidak Elegan