Kepemimpinan nasional yang kuat dan genuine kata dia tercermin dalam rekam jejak kepemimpinan baik Puan maupun Prabowo.
Masyarakat ke depan tidak boleh lagi terkecoh dengan model kepemimpinan yang ‘terkesan’ populis tetapi sebenarnya minim kemampuan.
Ia memberi contoh soal kebangsaan saat ini yang cenderung rapuh karena bahaya disintegrasi bangsa kian menguat akibat pembelahan yang dibiarkan terlalu lama.
“Ambil contoh soal nasionalisme, presiden klaim diri pusat nasionalisme berada di singgasana kekuasaan di istana negara, sedangkan rakyat dianggap bukan nasionalis. Seakan-akan pusat nasionalisme hanya deliver dari Sukarno ke Suharto, Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY dan Jokowi saat ini. Sementara rakyat dianggap bukan pemilik nasionalisme. Bahaya akibat nasionalisme personifikasi individu para pemegang kekuasaan akhirnya memperlebar segregasi antara pemerintah dan rakyat, di mana rakyat termarjinalkan dari mainstream utama nasionaliame dan bahkan dianggap bukan nasionalis. Ini bahaya,” jelas dia.
Maka itu kata dia bangsa ini perlu mencari tokoh yang tepat untuk menjadi nahkoda sebagai presiden dan wakil presiden pada 2024-2029.
“Tantangan bangsa hari ini dan di masa depan dalam kacamata saya ya hanya dua tokoh ini yaitu Prabowo dan Puan Maharani yang bisa. Siapa pun boleh berdebat soal pilihan saya ini,” pungkas Natalius.
Sumber: suara.com
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara