Hal itu mendapat respons dari banyak pihak, salah satunya pengamat komunikasi dan politik Jamiluddin Ritonga.
Jamiluddin, sapaan akrabnya mengatakan, duet Anies-Ganjar memang terkesan prospektif.
"Secara matematis, jika mereka dipasangkan, akan memperoleh elektabilitas tinggi," ujar Jamiluddin dilansir dari GenPI.co, Senin (30/5).
Namun, pendekatan matematis itu tidak berlaku dalam politik, khususnya terkait elektabilitas.
"Dua sosok yang elektabilitas tinggi jika dipasangkan justru akan menurun," jelasnya.
Akademisi dari Universitas Esa Unggul itu menjelaskan bahwa hal itu bisa terjadi karena pendukung masing-masing calon bisa saling meniadakan.
"Pendukung Anies bisa saja menarik dukungannya jika berpasangan dengan Ganjar, begitu juga sebaliknya," kata Jamiluddin.
Jamiluddin menilai bahwa pendukung Anies dan Ganjar seperti minyak dan air.
"Jadi, Anies dan Ganjar tampaknya kurang pas untuk dipasangkan," jelasnya.
Jamiluddin menjelaskan, mereka lebih baik saling bertarung dengan memilih cawapres pilihan yang bisa meningkatkan elektabilitas. (*)
Sumber: genpi.co
Artikel Terkait
Roy Suryo Sebut Tindakan Jokowi Lucu, Memalukan, dan Tidak Elegan!
Pengamat Politik: Usulan Gibran Dimakzulkan Tidak Bisa Dipisahkan Dari Pilpres 2029!
Hercules Hina Purnawirawan, Publik Heran: Kenapa TNI Diam Saja?
Keteladanan Yang Tercoreng: Mobil Jokowi Sempat Nunggak Pajak dan Simbol Etika Yang Dipertaruhkan