"Ketika perangkat berada di luar jaringan lokal perusahaan, jauh dari perlindungan departemen TI, akan selalu ada potensi besar terjadinya pencurian atau hilangnya informasi rahasia perusahaan akibat kecerobohan," kata General Manager for Southeast Asia, Kaspersky, Yeo Siang Tiong.
Pada gelombang pertama lockdown, komputer yang diberikan secara tergesa-gesa kepada pekerja untuk WFH tidak dikonfigurasi dengan benar. Hal ini memberi celah bagi penjahat cyber untuk melakukan serangan, terutama menggunakan upaya serangan brute force (secara sistematis berusaha menemukan username dan password yang benar) agar bisa mendapatkan akses jarak jauh ke komputer target di dalam jaringan.
“Pengalaman selama pandemi memunculkan tuntutan kolektif di seluruh dunia untuk beralih ke sistem kerja hybrid. Sektor-sektor seperti keuangan, informasi, manajemen, dan layanan profesional terbukti mendapat manfaat saat bekerja dan berkolaborasi dari jarak jauh,” ujar Yeo Siang Tiong.
“Naiknya serangan RDP selama periode ini tidak hanya terjadi di Asia Tenggara. Di seluruh dunia serangan RDP dari 2019 hingga 2021 naik 120%. Mengingat tren bekerja dari rumah akan terus bertahan, kami mendesak perusahaan untuk serius melindungi pekerja WFH dan hybrid untuk melindungi data mereka,” tambahnya.
Sumber: genpi.co
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid