Dukungan terhadap investasi tersebut disuarakan kalangan ekonom dan Dewan dalam kesempatan terpisah, Kamis (7/6).
Penasihat Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Edwin Sebayang menuturkan, saat ini Telkom sebagai emiten memang harus terus berekspansi menciptakan sumber pendapatan baru, tak lagi hanya mengandalkan pendapatan ‘voice’. Telkom harus bisa memanfaatkan big data yang dimiliki, agar bisnis tak stagnan dan menciptakan persepsi negatif ke investor.
“Jadi saya menilai, apa yang dilakukan Telkom dengan berinvestasi di GoTo lewat Telkomsel sudah tepat. Ini pure aksi korporasi yang ujungnya akan mendongkrak pendapatan Telkom. Mereka memang butuh ekspansi,” ujar Pengamat Pasar modal dari MNC Asset Management tersebut kepada wartawan, Kamis (7/7/2022).
Dengan big data yang dimiliki Telkomsel dan ekosistem digital yang dimiliki GoTo, Edwin pun yakin hasil positif akan didapat Telkom dalam beberapa waktu ke depan.
“Alibaba, Amazon sudah menikmati hal seperti ini. Ini bisnis model baru yang punya potensi keuntungan besar. Saya melihat bisnis GoTo juga sudah matang, bukan startup yang baru mulai,” tuturnya.
Sementara itu, Pengamat Pasar Modal Satrio Utomo berpendapat, perekonomian Indonesia ke depan memang akan banyak dikuasai oleh bisnis digital. GoTo sendiri diakuinya sudah sangat besar. Dalam dua tahun belakangan saja, kontribusi GoTo memang mencapai sekitar 2% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Hanya saja, terlepas dari aspek bisnis dan potensinya, untuk menghindari polemik berkepanjangan, dia menyarankan perlunya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengurai hal ini.
“OJK itu wasit industri keuangan. Untuk membuktikan apakah ada ‘sesuatu’ di aksi korporasi terkait dengan emiten di pasar modal, ada baiknya OJK memeriksa. Saham yang diperdagangkan juga harus dijalankan dengan baik dan perlu diketahui investor,” tuturnya.
Dalam jangka pendek saja, 12 bulan ke depan, Edwin memprediksi saham GoTo punya potensi menuju ke level Rp500 persaham. Artinya, jika Telkomsel membeli saham GoTo di harga Rp 270 sebanyak 23,7 miliar saham, ada sekitar 80% keuntungan dari harga saham yang dibelinya.
Tapi, ia mengingatkan, investasi yang dilakukan Telkomsel sejatinya juga untuk jangka panjang, bukan sekadar mengharapkan keuntungan dari kenaikan harga saham atau dividen semata. “Saya yakin, banyak potensi bisnis yang bisa digarap GoTo, tak hanya sekadar bisnis pengantaran misalnya,” kata Edwin.
Menurutnya, kecurigaan sebagian pihak terkait dengan aksi korporasi ini karena ketidaktahuan dari pihak yang menuduhkan. Hal tersebut bisa dibuktikan dengan hitung-hitungan dari aspek bisnis yang memang jelas menguntungkan.
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid