TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Harga tiket pesawat terbang rute dari luar menuju Kalimantan Timur terkerek naik, harganya meroket tinggi jika dibandingkan dengan tiket keluar Kalimantan Timur.�
Gejolak itu mendapat tanggapan dari pakar Ekonomi Bisnis dari Kalimantan Timur, Purwadi, Sabtu (27/5/2023) malam.�
Pria yang juga akademisi di Universitas Mulawarman (Unmul) menyoroti terkait lonjakan harga tiket maskapai penerbangan yang terjadi belakangan ini.
Menurut pria ini, saat menjadi salah satu tim akademisi yang pernah memiliki kajian dengan Pemerintah Kabupaten Berau akhir tahun 2022 silam, terkait membangun pariwisata berbasis masyarakat dalam rangka menyongsong Ibu Kota Negara (IKN) atau daerah penyangga.
Baca juga: Cerita Penumpang Soal Harga Tiket Pesawat, Ke Balikpapan Rp1,5 Juta, Pulang ke Surabaya Rp700 Ribu
Problem yang ditemukan termasuk mahalnya tiket maskapai, guna masuk ke tempat-tempat wisata di Kabupaten Berau dalam menjangkau lokasi destinasi.
"Sekarang kondisi penerbangan Kaltim mahal sekali, 2 hingga 3 jutaan sekali terbang. Intinya jika bicara kebijakan ekonomi bisnis, ini setengah hati, saat saya presentasikan di hadapan perwakilan Berau bersama perwakilan Unmul, apa sih yang tidak menarik dari wisata di Derawan, Maratua, dan lainnya," ujarnya kepada TribunKaltim.co.
Tetapi naifnya, Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), malah tidak memasukan destinasi Berau dengan segudang keindahan alam bawah lautnya dalam destinasi prioritas di Indonesia yang jumlahnya 10 destinasi.
"Ini kenapa? lucu saja, sementara IKN di Penajam Paser Utara (PPU) dibangun, tetapi tidak mendorong daerah penyangga dengan wisata menarik di Berau, artinya kebijakan setengah hati. Mau membangun IKN-nya, tetapi pariwisata tidak dibangun secara total. Pemda tak bisa membangun sendiri tanpa intervensi pusat," tegasnya.
Dalam praktiknya, waktu gelaran Porprov di Berau, dengan tamu berdatangan yang banyak sekali.
Lagi-lagi tiket maskapai dipatok mahal dan membuatnya harus bersuara, Purwadi mengatakan sempat berbicara agar salah satu pihak maskapai, dipanggil.
"Karena waktu itu "monopoli" tiket ada pada salah satu maskapai, saya waktu itu membayar Rp1,8 juta untuk terbang ke Berau, bawa 7-10 orang dalam tim Unmul kesana, pulang pergi juga sangat lumayan costnya," bebernya.
Baca juga: KPPU Kanwil V Kaltim Sorot Perbedaan Harga Tiket Pesawat, Menghambat Dunia Wisata
"Akhirnya, masuk penerbangan lain, rute Balikpapan-Berau begitu juga sebaliknya seharga Rp1,2 juta. Kompetitif jadinya," sambungnya.
Harusnya, memang pemerintah pusat membuat intervensi seperti contoh kasus yang dialaminya.
Karena kebijakan terkait penerbangan berada di maskapai.
Serta ada kebijakan di pemerintah pusat melalui Kementerian Perhubungan, ini seharusnya diperbaiki terkait mekanisme tata kelola tiket di negara Indonesia.
Penyakit Lama
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid