Kejadian tak menyenangkan juga dialami UAS saat hendak masuk Timor Leste untuk mengisi acara tabligh akbar pada 2018. Menurut penjelasan UAS, pihak imigrasi Timor Leste baru menerima informasi dari Jakarta yang menyebutnya sebagai seorang teroris.
UAS mengaku paham dirinya dilarang masuk Timor Leste menjelang Pilpres Indonesia 2019. Ia berspekulasi ada pihak-pihak yang khawatir dirinya bakal mempengaruhi suara WNI di negara tetangga tersebut.
Kedatangan UAS juga ditolak sejumlah negara Eropa. Pada 2019, ia ditolak masuk Jerman lantaran dianggap kerap menyampaikan pernyataan intoleran dan provokatif.
Pada tahun yang sama, UAS hendak pergi ke Belanda melalui Swiss. Namun, kedatangannya di Swiss langsung dicegat petugas imigrasi. Menurut penjelasan UAS, pihak imigrasi mengatakan bahwa paspor yang dipegangnya tak memberikan akses memasuki Eropa.
Pada Februari 2020, UAS tak diizinkan masuk ke Belanda dan Inggris. Meski mengantongi visa, petugas imigrasi enggan memberikan cap masuk padanya.
UAS mengeklaim kedatangannya ditolak karena ada rencana aksi unjuk rasa terhadapnya oleh kelompok pendukung LGBT. Pasalnya, ceramahnya dianggap menyinggung kelompok LGBT.
Dalam poin terakhir pernyataannya, Singapura menegaskan kalau setiap warga negara asing bukan berarti bisa langsung masuk negara tersebut.
Setiap kasus punya penilaian masing-masing. Meski UAS berdalih ke Singapura untuk kunjungan sosial, pemerintah negara tersebut menjelaskan bahwa mereka memandang serius setiap orang yang menganjurkan kekerasan dan/atau mendukung ajaran ekstremisme dan segregasi.
Sumber: akurat.co
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid