Kemenangan Putra Diktator Filipina Sebagai Presiden Disambut Gegap Gempita, Bisa Merembet ke ASEAN?

- Jumat, 13 Mei 2022 | 08:50 WIB
Kemenangan Putra Diktator Filipina Sebagai Presiden Disambut Gegap Gempita, Bisa Merembet ke ASEAN?

"Ada garis tipis antara rebranding dan menciptakan citra dan persona baru, dan menciptakan informasi alternatif yang melawan fakta."

Dia mengatakan yang membedakan pemilu kali ini dengan tahun 2016 adalah pergeseran ke platform seperti TikTok.

"Tik Tok penting karena ini adalah rumah bagi para amatir, bukan influencer profesional," katanya.

"Saya pikir pengaruh akar rumput semacam itu, yang jauh lebih sedikit dipantau daripada Facebook, telah memberi ruang bagi kampanye BBM untuk benar-benar tumbuh secara luas."

Filipina dikhawatirkan menghadapi kesenjangan yang lebih lebar

Marie Anne San Gabriel berbicara di acara "Paint Adelaide Pink Sunday" bulan lalu untuk mendukung Leni Robredo.

Gabriel mengatakan dia tidak hanya khawatir tentang korupsi, tetapi juga takut pemerintah Bongbong Marcos akan meninggalkan banyak orang Filipina.

Leni Robredo telah menjanjikan pemerintah yang fokus pada kaum terpinggirkan.

"Kandidat saya sudah membantu orang-orang dari daerah yang sangat miskin," kata Gabriel.

"Bagi banyak orang di Filipina, situasi mereka sangat kritis."

Walaupun ada spekulasi tentang kecurangan pemilu dan laporan mesin pemungutan suara yang rusak, Gabriel mengatakan sulit untuk menyangkal hasil perolehan suara Bongbong yang unggul telak.

Penghitungan tidak resmi menunjukkan Bongbong Marcos memiliki 31 juta suara, dua kali lipat dari Leni Robredo.

"Kami harus menerima kekalahan, itu hal yang paling bisa dengan  lapang dada dilakukan," kata Gabriel.

"Di Filipina, jika Anda kaya, Anda benar-benar kaya, tetapi jika Anda miskin, Anda sangat, sangat miskin," kata perempuan berusia 69 tahun itu.

"Saya hanya berdoa dan berharap kali ini situasinya akan berbeda ... mudah-mudahan, dia akan membuat Filipina jauh, jauh lebih baik daripada apa yang dilakukan ayahnya."

Meneruskan warisan Duterte

Sepanjang kampanye, Bongbong Marcos hanya memberikan sedikit petunjuk tentang seperti apa agenda kebijakannya, selain pesannya tentang "persatuan."

Analis memperkirakan Bongbong akan fokus menyelesaikan peningkatan infrastruktur multi-miliar dolar Duterte dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan China.

Baca Juga: Tumbang! Manny Pacquiao Dibuat KO Duet Putra Diktator dan Putri Duterte

Beberapa pihak menganggap masalah korupsi dan nepotisme yang ada di Filipina dapat memburuk.

Rado Gatchalian, seorang pendukung vokal Bongbong Marcos dan penyelenggara reli nasional, mengatakan dia tidak khawatir tentang korupsi.

Sejak Marcos senior diasingkan oleh "Revolusi Kekuatan Rakyat" pada 1986, tidak ada yang terjadi untuk memperbaiki lanskap politik Filipina, kata Gatchalian.

Bahkan, sejak itu dia yakin kondisinya semakin memburuk.

"Ada banyak korupsi, ada banyak penyelewengan. Jadi hal yang mereka benci tentang Marcos, itu terjadi setelah Marcos juga," katanya.

Dia juga memercayai kisah para tetua di Filipina yang mengatakan kepadanya bahwa era Marcos senior merupakan masa keemasan Filipina.

"Banyak, banyak sesepuh dengan yakin mengatakan kepada saya bahwa presiden Marcos adalah presiden terbaik Republik Filipina - bahwa Filipina lebih baik pada masanya dibandingkan dengan presiden-presiden yang menggantikannya," katanya.

Warga Sydney berusia 43 tahun itu senang dengan beberapa perubahan yang dibuat Duterte, dengan mengatakan dia membuat jalan-jalan lebih aman dan berharap Bongbong Marcos akan melanjutkan banyak kebijakannya.

Pendukung Marcos lainnya menyebutkan janji kampanye untuk tarif layanan listrik dan air yang lebih murah dan meneruskan fokus Duterte pada proyek infrastruktur besar.

Mengenai pembicaraan tentang hubungan yang lebih dekat dengan Rusia dan China, Gatchalian mengatakan dia tidak menganggap itu sebagai masalah.

Sophia Maranan stands in front of a wall covered in vines smiling.  Image: Sophia Maranan mengatakan iklim politik yang terpolarisasi banyak dibahas antara keluarga dan teman-temannya menjelang pemilihan umum. Supplied 

Sophia Maranan, seorang mahasiswi Sydney berusia 20 tahun, mengatakan bagaimana pun enam tahun ke depan, dia dan teman-temannya akan terus berjuang melawan informasi yang salah dan korupsi.

"Ini bukan akhir dari perjuangan kita," katanya.

"Kita harus memastikan mereka bertanggung jawab atas tindakan mereka sebagai pemimpin negara."

Sumber: republika.co.id

Halaman:

Komentar