Luhut Marah: Thailand-Kamboja Perang, RI Malah Asyik Ribut Sendiri!

- Rabu, 30 Juli 2025 | 18:10 WIB
Luhut Marah: Thailand-Kamboja Perang, RI Malah Asyik Ribut Sendiri!




POLHUKAM.ID - Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan dunia saat ini semakin bergejolak.


Namun, sayangnya, Indonesia masih berkutat pada isu-isu yang tidak relevan dengan pembangunan.


Ia menyebut gejolak global saat ini sudah mencapai perang antara dua negara tetangga, yakni Kamboja dan Thailand.


Tetapi, Luhut menilai banyak tokoh di Indonesia justru tidak menggunakan akal sehatnya untuk mendukung kemajuan.


"Dalam konteks geopolitik sekarang ini, dunia yang tidak makin jelas, kita lihat perseteruan Kamboja dengan Thailand yang begitu sampai perang-perangan, tembak-tembakan, tapi kita masih asyik tidak menggunakan akal sehat kita," ujar Luhut dalam acara peluncuran Yayasan Padi Kapas Indonesia di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (28/7/2025).


Menurut Luhut, ruang publik di Indonesia saat ini dipenuhi oleh polarisasi, ekstremisme ideologi, dan populisme tokoh-tokoh yang dinilainya mengabaikan akal sehat.


Namun, dia tidak menyebut siapa tokoh-tokoh yang dimaksud tersebut.


Hanya saja, Luhut menilai pemikiran tokoh-tokoh tersebut justru menimbulkan keributan yang tidak relevan dengan pembangunan negara.


"Kita banyak tokoh-tokoh ini tidak menggunakan akal sehat," ucapnya.


Kendati begitu, dalam pidatonya, Luhut sempat menyinggung persoalan perdebatan ijazah yang dinilai justru membuat perpecahan.


Menurutnya, memperdebatkan ijazah seseorang tidak relevan bagi tokoh-tokoh intelektual yang seharusnya memberikan pemikiran untuk mendukung pembangunan negara.


"Kita asyik masih berbicara soal ijazah yang menurut saya sangat tidak relevan untuk dibicarakan oleh seorang intelektual di Republik ini," ujar Luhut.


Diketahui, saat ini terus bergulir pembahasan mengenai keaslian ijazah Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, yang lulus dari Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM).


Luhut menilai hal terpenting adalah kontribusi yang diberikan seseorang terhadap negara, sehingga ijazah tak lagi relevan.


Bahkan, dirinya yang saat ini masih aktif di pemerintahan, tidak lagi mengingat di mana ijazahnya disimpan.


"Apa sih ijazah itu? Saya pun enggak tahu ijazah saya di mana saya taruh. Dan saya pikir tidak relevan. Yang paling relevan itu apa yang kau berikan, kontribusikan pada negara ini," ucap dia.


Ia pun mengajak para tokoh intelektual di Indonesia untuk menuangkan pemikiran-pemikiran dengan akal sehat yang dapat membantu pemerintah mengambil kebijakan yang tepat di tengah gejolak global.


"Gunakan akal sehat kita untuk berkomentar, sehingga kita juga membantu pemerintah untuk bernavigasi dalam keadaan sulit, dunia seperti sekarang ini," kata dia.


Terlebih, lanjut dia, kondisi global sulit untuk diprediksi.


Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump telah memberikan kebijakan-kebijakan yang menimbulkan gejolak, khususnya kenaikan tarif yang sulit untuk diprediksi dampaknya ke depannya.


Oleh sebab itu, ia menekankan perlunya perhatian bersama untuk mendukung pembangunan negara.


"Walaupun kami di Dewan Ekonomi membuat kajian-kajian yang sangat dalam mengenai ini, memang ini sangat perlu kita perhatikan semua dan kita jaga bersama-sama," ucapnya.


Sumber: Kompas

Komentar