POLHUKAM.ID - Ada drama baru dari panggung internasional yang bikin kita semua auto senyum getir.
Momen saat Presiden Prabowo Subianto berdiri gagah di barisan depan parade militer China, sejajar dengan para pemimpin dunia seperti Vladimir Putin dan Xi Jinping, seharusnya jadi momen kebanggaan nasional.
Tapi, kebanggaan itu mendadak jadi bahan lawakan setelah beredar foto potongan surat kabar Jepang yang diduga "menghapus" sosok Prabowo dari barisan para pemimpin dunia itu. Sontak, jagat maya langsung heboh.
Momen 'Before': Gagah di Barisan Para Pemimpin Dunia
Jadi, ceritanya begini. Presiden Prabowo terbang ke Beijing, China, untuk menghadiri perayaan 80 tahun kemenangan perang mereka.
Momen puncaknya adalah saat parade militer, di mana Prabowo dapat posisi super VVIP: di barisan depan, persis di samping Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden China Xi Jinping, dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un.
Di Indonesia, foto ini langsung disambut dengan rasa bangga. Bahkan tokoh seperti Titiek Soeharto ikut mengungkapkan kekagumannya. Ini adalah simbol bahwa Indonesia dihormati dan dianggap sejajar dengan negara-negara besar.
Momen 'After': Tiba-tiba Hilang dari Peradaban
Nah, di sinilah letak dramanya. Sebuah akun Instagram, @respons.media, mengunggah potongan sampul depan surat kabar Jepang The Yomiuri Shinbun.
Di foto itu, yang terlihat hanya Xi Jinping, Vladimir Putin, dan Kim Jong Un. Sosok Presiden Prabowo yang seharusnya ada di samping Putin, lenyap tanpa jejak. Kena crop!
Tentu saja, netizen 62 yang maha jeli nggak tinggal diam. Foto perbandingan antara versi asli dan versi koran Jepang ini langsung jadi bahan diskusi sengit.
👇👇
Netizen Jadi Analis Dadakan: Kenapa Prabowo 'Dihapus'?
Kolom komentar langsung dibanjiri oleh berbagai macam teori, dari yang logis sampai yang super julid.
1. Tim Logis: "Fokusnya Kan Cuma Tiga Orang Itu"
Banyak yang menganggap ini hal yang wajar. Menurut mereka, dari sudut pandang media internasional, sorotan utama memang ada pada tiga pemimpin yang paling sering jadi headline global.
"Wajar sih, karena fokusnya ada di tiga presiden tersebut, kalau empat, selain gak muat kurang nilai jual juga," tulis akun @tauf***.
2. Tim Julid: "Yang Penting Kaum 58 Sudah Bangga"
Tentu saja, ada juga yang menggunakan momen ini untuk menyindir.
"Gak apa-apa, yang penting kaum 58 sudah bangga bapak sejajar sama mereka," komentar akun @iw2***, merujuk pada pendukung Prabowo.
3. Tim 'Pakar Hubungan Internasional': "Jepang Main Aman"
Ada juga analisis yang lebih dalam, menghubungkannya dengan strategi media Jepang dan situasi di Indonesia.
"Jepang negara yang enggak memberitakan sesuatu yang bisa mengundang kontroversi, karena kebetulan negara kita kemarin sedang ramai... dan lagi negara kita belum sekokoh tiga negara yg dipimpin tiga presiden tersebut," kata akun @27ave***.
Alasan Teknis dan Editorial
Dalam praktik jurnalistik, pemotongan (cropping) foto adalah hal biasa. Ada beberapa kemungkinan alasan:
Pertimbangan layout – Halaman depan koran memiliki ruang terbatas.
Dengan memotong sisi frame, fokus foto lebih seimbang terhadap tokoh yang dianggap inti dalam narasi berita.
Fokus editorial – Berita utama Yomiuri saat itu menyoroti peran Tiongkok, Rusia, dan Korea Utara dalam parade.
Karena itu, framing difokuskan pada tiga tokoh tersebut.
Dengan demikian, tidak ada bukti resmi bahwa pemotongan foto dilakukan untuk meremehkan Indonesia, melainkan bagian dari kebijakan redaksi yang lazim.
Hubungan Indonesia dan Jepang: Erat, tapi Bukan Alasan Foto Dipotong
Muncul pertanyaan, apakah pemotongan foto Prabowo di koran Jepang ada kaitannya dengan kedekatan hubungan Indonesia–Jepang, atau karena Indonesia dikenal sebagai negara non blok.
Tidak ada indikasi langsung bahwa faktor diplomasi menjadi penyebab.
Hubungan Indonesia dan Jepang memang sangat erat, Jepang masih salah satu mitra dagang dan investor terbesar Indonesia, mulai dari otomotif, infrastruktur, hingga energi.
Kedekatan ini berjalan stabil dan tidak terganggu oleh isu foto.
Di sisi lain, Politik luar negeri Indonesia menganut prinsip bebas aktif sebagai bagian dari Gerakan Non Blok (GNB).
Artinya, Indonesia tetap menjaga komunikasi dan kerja sama dengan berbagai blok kekuatan global, baik Amerika Serikat dan sekutu, Jepang, maupun Tiongkok dan Rusia.
Sikap ini membuat Indonesia fleksibel, tidak terikat pada satu kutub politik internasional.
Dengan demikian, foto Prabowo dicrop lebih mungkin karena alasan teknis redaksi dan fokus pemberitaan Yomiuri Shimbun, bukan karena faktor politik atau diplomatik.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
HEBOH! Kalimat Semoga Prabowo Cepat Meninggal Terdengar di Siaran TV Korea
Percakapan Ngeri Putin-Xi Jinping: Manusia Bisa Hidup 150 Tahun, Singgung Keabadian
Mikrofon Bocor, Putin dan Xi Jinping Ketahuan Bahas Proyek Keabadian
Usai Bertemu Putin, Semua Barang yang Disentuh Kim Jong-un Langsung Dibersihkan