Fenomena NepoKids Bikin Murka Gen Z Nepal, Ini 5 Fakta Demo Brutal Yang Paksa PM Mundur!

- Rabu, 10 September 2025 | 15:40 WIB
Fenomena NepoKids Bikin Murka Gen Z Nepal, Ini 5 Fakta Demo Brutal Yang Paksa PM Mundur!




POLHUKAM.ID - Nepal dilanda gelombang protes paling brutal dalam beberapa dekade terakhir, sebuah gerakan massa yang didominasi oleh Generasi Z (Gen Z) yang berhasil memaksa Perdana Menteri KP Sharma Oli mengundurkan diri.


Kantor Perdana Menteri menyatakan pengunduran diri Oli adalah langkah untuk "membuka jalan bagi solusi konstitusional" setelah demonstrasi yang awalnya damai berubah menjadi lautan kekerasan.


Meski pemicu awalnya adalah larangan media sosial yang kontroversial, amarah kaum muda Nepal ternyata berakar lebih dalam pada kekecewaan terhadap praktik korupsi dan gaya hidup mewah para elite politik yang viral dengan sebutan 'NepoKids'.


Melansir laman BBC Indonesia, Rabu (10/9/2025), berikut adalah hal-hal penting yang perlu Anda ketahui tentang krisis yang mengguncang negara Himalaya itu:


1. Larangan Media Sosial yang Jadi Bumerang


Bagi masyarakat Nepal, media sosial adalah urat nadi kehidupan. 


Negara ini bahkan memiliki tingkat pengguna medsos per kapita tertinggi di Asia Selatan. 


Pekan lalu, pemerintah secara mengejutkan melarang 26 platform, termasuk raksasa seperti WhatsApp, Instagram, dan Facebook, dengan alasan gagal mendaftar ke kementerian terkait.


Langkah ini sontak dianggap sebagai upaya membungkam kampanye antikorupsi yang sedang marak. 


Meski larangan itu akhirnya dicabut pada Senin (08/09) malam, nasi sudah menjadi bubur. 


Aksi protes telah "meluas dan menjadi pintu masuk bagi para pengunjuk rasa untuk menyalurkan ketidakpuasan yang lebih mendalam terhadap pemerintah."


2. Ledakan Amarah Gen Z: 22 Tewas, Parlemen Dibakar


Apa yang dimulai sebagai protes damai dengan cepat berubah menjadi medan perang. 


Bentrokan antara demonstran dan polisi di Kathmandu serta kota-kota lain tak terhindarkan. 


Hingga kini, total korban tewas mencapai setidaknya 22 orang, dengan hampir 200 lainnya terluka.


Aparat keamanan menggunakan segala cara untuk membubarkan massa, mulai dari gas air mata, meriam air, hingga peluru tajam. Namun, kegigihan para pengunjuk rasa tak terbendung. 


Pada Selasa (09/09), mereka berhasil "membakar gedung Dewan Perwakilan Rakyat, markas besar Partai Kongres Nepal, dan rumah mantan perdana menteri Sher Bahadur Deuba."


Panglima Angkatan Darat Nepal, Jenderal Ashok Raj Sigdel, menuduh para demonstran telah merusak properti publik dan pribadi. 


Ia memperingatkan jika kerusuhan berlanjut, "semua lembaga keamanan, termasuk Angkatan Darat Nepal, berkomitmen untuk mengendalikan situasi."


3. Siapa Sebenarnya Para Demonstran?


Berbeda dari gerakan politik sebelumnya, protes kali ini murni digerakkan oleh anak-anak muda melalui media sosial. 


Mereka bangga menyebut diri sebagai Gen Z, sebuah identitas yang menjadi simbol persatuan.


Tanpa pemimpin tunggal yang jelas, berbagai kelompok pemuda dan mahasiswa dari universitas besar seperti di Kathmandu dan Pokhara menjadi motor penggerak utama, mengorganisir massa secara daring. 


Video yang beredar bahkan menunjukkan pelajar sekolah ikut turun ke jalan.


4. Akar Masalah: Korupsi dan Tren 'NepoKids'


Tuntutan utama para demonstran ada dua: pencabutan larangan media sosial (yang telah dipenuhi) dan penghentian "praktik korupsi". 


Isu korupsi ini menjadi semakin personal dengan viralnya tren #NepoBaby dan #NepoKids di media sosial.


Istilah ini merujuk pada anak-anak dan keluarga politisi yang kerap memamerkan gaya hidup mewah—pakaian desainer, liburan ke luar negeri, mobil mewah—yang dianggap berasal dari uang pajak rakyat.


Video viral di TikTok dan Instagram yang membandingkan kemewahan ini dengan realita pahit kaum muda Nepal, seperti pengangguran dan migrasi paksa, sukses menyulut kemarahan yang meluas.


"Kami ingin mengakhiri korupsi di Nepal," ujar Binu KC, seorang mahasiswa berusia 19 tahun, kepada BBC Nepali


"Para pemimpin hanya menjanjikan satu hal selama pemilu, tetapi tidak pernah menepatinya."


Rasa frustrasi ini dipertegas oleh seorang kreator konten, Subhana Budhathoki: "Generasi Z tidak akan berhenti sekarang. 


Protes ini bukan hanya tentang media sosial—Ini tentang membungkam suara kami, dan kami tidak akan membiarkan itu terjadi."


5. Masa Depan Nepal di Ujung Tanduk


Dengan mundurnya perdana menteri, Nepal kini berada dalam ketidakpastian politik. 


Belum jelas siapa yang akan mengambil alih kepemimpinan. Para demonstran menuntut akuntabilitas penuh dan reformasi total dalam pemerintahan. 


Para analis memperingatkan, jika tuntutan ini tidak didengar, kerusuhan bisa semakin membesar dan sulit dikendalikan.


Sumber: Suara

Komentar