"Ini adalah bagian dari proses untuk meningkatkan citra negara, yang harus kami selesaikan di bawah kepemimpinan Erdogan," cuit Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, seperti dikutip CNN International.
Dalam surat yang ditujukan kepada Sekjen PBB Antonio Gutteres, Cavusoglu menulis:
"Saya ingin memberitahu, bahwa sesuai Surat Edaran Presiden...tanggal 2 Desember 2021 tentang penggunaan kata Turkiye dalam bahasa asing dan strategi branding berikutnya. Pemerintah Republik Turkiye, selanjutnya akan mulai menggunakan 'Turkiye' untuk menggantikan kata-kata seperti 'Turki,' 'Turkei' dan 'Turki' yang telah digunakan di masa lalu untuk merujuk pada 'Republik Turkiye".
Juru Bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan, perubahan nama tersebut berlaku efektif sejak mereka menerima permintaan dari pemerintah Turki, dan memastikan bahwa dokumen itu sah. Yaitu pada Rabu (1/6/2022) kemarin.
"Sama sekali tak masalah. Bukan urusan kami untuk menerima atau tidak menerima," kata Dujarric.
"Negara bebas memilih nama yang mereka inginkan. Meski hal itu tidak terjadi setiap hari, perubahan nama bukanlah hal aneh," imbuhnya.
Dujarric pun mengaku terkenang dengan Pantai Gading, yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai Ivory Coast. Namun, mereka meminta dipanggil Cote d Ivoire.
Kepada kantor berita milik pemerintah Turki, Anadolu, Cavusoglu mengatakan, pihaknya telah dengan bekerja sama dengan Direktorat Komunikasi Turki, yang berafiliasi dengan kantor Presiden. Demi meletakkan dasar untuk perubahan citra tersebut.
Artikel Terkait
Kode HTML Kosong? Ini Rahasia Menulis Artikel yang Tak Terbaca Mesin Pencari!
Stadion Langit NEOM: Fakta Mencengangkan di Balik Stadion Gantung 350 Meter untuk Piala Dunia 2034
46 Anak Gaza Tewas dalam 12 Jam: Ini Serangan Mematikan Israel Sejak Gencatan Senjata
45 Tewas dalam Serangan Terbaru Israel ke Gaza, Korban Didominasi Perempuan dan Anak-anak