Kerusuhan-kerusuhan Berbau Agama Paling Mematikan di India, Nomor 4 Bikin Bergidik

- Kamis, 09 Juni 2022 | 13:30 WIB
Kerusuhan-kerusuhan Berbau Agama Paling Mematikan di India, Nomor 4 Bikin Bergidik

Sebelum itu, India sudah jadi pusat kontroversi di mana beberapa negara bagian melarang para siswi muslim memakai kerudung. Tak lama setelahnya, isu berbau agama kembali pecah di mana jaringan seniman sayap kanan Hindu menyandungkan lagu berisi kampanye kebencian kepada muslim yang jadi minoritas.

Baca Juga: Kadernya Hina Nabi, Pemimpin Pemuda Partai Berkuasa di India Bernasib Apes!

Komentar politisi dari partai nasional Hindu itu pun makin menjadi bukti meningkatnya Islamofobia di India. Kritikus menganggap pernyataan kontroversial keduanya mencerminkan polarisasi agama yang makin mendalam di negara itu.

Masalah terbaru ini juga secara tak langsung mengingatkan publik dengan berbagai kasus kekerasan agama di India, yang umumnya melibatkan Hindu dan Muslim. Banyak sejarawan berpendapat bahwa kekerasan agama di India merdeka adalah warisan dari kebijakan memecah belah dari otoritas kolonial Inggris.

Lalu apa saja kasus paling mematikan yang terjadi?

Dilansir dari berbagai  sumber, AKURAT.CO pada Rabu (8/6/2022) menghimpun 5 kekerasan berbau agama paling mematikan di India.

1. Kerusuhan Gujarat 1969

Salah satu kekerasan komunal mematikan antara Hindu-Muslim meletus pada tahun 1969, di mana warga yang meregang nyawa mencapai 600 orang lebih. Konflik berdarah itu terjadi selama September–Oktober tahun itu, di negara bagian Gujarat.

Peristiwa itu merupakan kerusuhan besar pertama di Gujarat yang melibatkan pembantaian, pembakaran, dan penjarahan dalam skala besar. Itu juga menjadi kekerasan Hindu-Muslim paling mematikan sejak pemisahan India pada 1947, dan tetap demikian hingga kekerasan Bhagalpur 1989.

Menurut angka resmi dari pemerintahan, 660 orang tewas, 1.074 orang terluka, dan lebih dari 48 ribu kehilangan harta benda mereka. Laporan tidak resmi, sementara itu, mengklaim hingga 2ribu kematian.

Dilaporkan komunitas Muslim menderita sebagian besar kerugian dari bentrokan tersebut. Dari 512 kematian yang dilaporkan dalam pengaduan polisi, 430 adalah Muslim. Properti senilai 42 juta rupee (Rp7,8 miliar) hancur selama kerusuhan, dengan Muslim kehilangan properti senilai 32 juta rupee. 

Ciri khas dari kekerasan tersebut adalah serangan terhadap rumah petak Muslim oleh tetangga mereka yang beragama Hindu Dalit yang telah memelihara hubungan damai dengan mereka sampai saat ini.

Berbagai penulis telah menelusuri penyebab kerusuhan dengan campuran faktor sosial ekonomi dan politik. Kekerasan dimulai pada tanggal 18 September 1969 setelah Muslim menyerang beberapa sadu atau pertapa Hindu dan sebuah kuil.

Dikatakan serangan terjadi gara-gara kawanan sapi yang digembalakan oleh para sadu menyebabkan cedera pada warga muslim. Orang-orang Hindu kemudian menyerang Dargah Muslim, dan pengunjuk rasa Muslim kembali menyerang kuil. Ini lantas menyebabkan pecahnya kekerasan massal.

2. Kerusuhan Gujarat 2002

33 tahun kemudian, kerusuhan serupa kembali menimpa Gujarat, dengan skala kekerasan yang bahkan lebih mematikan. Kerusuhan pada tahun itu juga menjadi salah satu contoh paling menonjol dalam sejarah kerusuhan di India. 

Setahun sebelum konflik terjadi, Gujarat dilanda gempa bumi dahsyat dengan kekuatan magnitudo 7,7. Bencana ini memporak-porandakan 300 ribu lebih bangunan, menewaskan 13.805-20.023 orang, termasuk 18 di Pakistan tenggara. Akibatnya, kerusuhan yang terjadi pada tahun 2002 jelas membuat pontang-panting India, yang sedang berusaha memulihkan diri.

Semua ketegangan komunal itu berawal ketika Sabarmati Express diserang massa hingga akhirnya dibakar di Godhra yang didominasi warga Muslim. Saat itu, kereta membawa ribuan Karsevaks atau peziarah Hindu, yang baru saja kembali dari Ayodhya, Uttar Pradesh. Dalam insiden yang terjadi pada 27 Februari itu, 59 peziarah akhirnya meninggal setelah terjebak dalam gerbong yang tebakar. 

Yang terjadi kemudian adalah kegemparan besar dengan tuduhan kekerasan komunal. Inilah yang lantas memicu periode pembunuhan massal selama tiga hari. Korban tewas mencapai lebih dari seribu orang, termasuk perempuan, dan anak-anak dibantai hingga tewas. 

Menurut angka resmi, kerusuhan berakhir dengan 1.044 tewas, 223 hilang, dan 2.500 terluka. Dari korban tewas, 790 adalah Muslim dan 254 Hindu.

Juga diyakini bahwa hampir 200 orang hilang dari negara bagian setelah itu. Laporan pembunuhan brutal, penjarahan hingga pemerkosaan juga bermunculan.

Peristiwa kelam pada tahun itu juga akhirnya menjadi noda yang terus menghantui PM Modi lantaran pada saat kerusuhan, ia menjabat sebagai Ketua Menteri Gujarat.

Juga oleh hanyak pengamat, kerusuhan di Gujarat 2002 lebih digambarkan sebagai pogrom alih-alih kerusuhan komunal. 

Komisi yang dibentuk oleh Pemerintah Gujarat untuk menyelidiki pembakaran kereta api, sementara itu, menghabiskan waktu hingga 6 tahun untuk menyelidiki perincian kasus. Kesimpulan kemudian menyebut bahwa kebakaran itu dilakukan oleh massa Muslim yang terdiri dari 1-2 ribu orang.

3. Kerusuhan anti-Sikh atau Pembantaian Sikh (1984) 

Kerusuhan Anti-Sikh tahun 1984 dimulai setelah Indira Gandhi, PM India saat itu dibunuh oleh pengawalnya yang beragam Sikh. Hal ini menyebabkan sejumlah besar kekacauan dan pertumpahan darah di Delhi serta bagian lain dari India, dengan sebagian besar kekerasan ditargetkan untuk kaum Sikh. 

Pemerintah memberi perkiraan angka tewas hingga 3.350 di seluruh negeri. Sekitar 2.800 di antaranya dan bergama Sikh terbunuh di Delhi. Namun, sumber-sumber independen merilis jumlah kematian yang jauh lebih besar, mencapai hingga kisaran 8-17 ribu orang.

Halaman:

Komentar

Terpopuler