Pakar Bongkar 5 Keanehan Kematian Diplomat Arya Daru, Ungkap Fakta Ini!

- Senin, 14 Juli 2025 | 21:25 WIB
Pakar Bongkar 5 Keanehan Kematian Diplomat Arya Daru, Ungkap Fakta Ini!




POLHUKAM.ID - Kematian tragis diplomat muda, Arya Daru, yang ditemukan tewas di kamar kosnya dengan wajah tertutup lakban masih menyisakan misteri besar.


Pihak kepolisian terus mendalami kasus ini, namun keraguan publik mengenai dugaan bunuh diri semakin menguat setelah analisis dari pakar mikro ekspresi, Kirdi Putra.


Dalam wawancaranya bersama Inews sore, berdasarkan pengamatan Kirdi menyoroti sejumlah kejanggalan yang membuat skenario bunuh diri sulit diterima akal sehat.


Analisis ini tidak hanya didasarkan pada kondisi jenazah, tetapi juga pada perilaku korban sebelum ditemukan tewas.


Berikut adalah lima kejanggalan utama menurut Kirdi Putra yang mengarah pada kemungkinan tindak pidana pembunuhan.


1. Metode Bunuh Diri yang Absurd dan Sulit


Kirdi Putra menilai cara kematian Arya Daru sangat tidak lazim untuk sebuah kasus bunuh diri. 


Melakban seluruh wajah hingga kehabisan napas adalah metode yang menyakitkan, lambat, dan sangat sulit dilakukan pada diri sendiri.


"Orang bunuh diri akan selalu memilih jalan yang cepat dan tidak menyakitkan," ujar Kirdi.


Menurutnya, saat seseorang merasakan sakit atau sesak napas yang luar biasa, refleks alami tubuh adalah untuk melawan dan melepaskan sumber penderitaan.


Sangat sulit membayangkan seseorang bisa tetap tenang melilitkan lakban berlapis-lapis di wajahnya sendiri hingga tewas. 


"Buat saya ini sangat kasus yang cukup absurd dan arahnya sebagian besar sudah kecil untuk bunuh diri," tegasnya.


2. Aktivitas Normal Sebelum Kematian


Rekaman CCTV menjadi salah satu bukti kunci. 


Dalam rekaman tersebut, Arya Daru terlihat melakukan aktivitas rutin seperti membuang sampah. 


Menurut Kirdi, ini adalah pola perilaku orang yang tidak sedang dalam depresi berat atau memiliki niat untuk mengakhiri hidup.


"Seseorang yang katakanlah mengalami kondisi misalnya suicidal, dia mengalami kondisi depresi, biasanya dia sudah tidak terlalu peduli tentang keadaan misalnya kebersihan dirinya, kerapihan, dan sebagainya," jelas Kirdi.


Fakta bahwa korban masih menjalankan rutinitas hariannya menunjukkan kondisi psikologis yang relatif stabil, bertentangan dengan profil orang yang akan bunuh diri.


3. Tidak Ada Riwayat Kasus Serupa


Sebagai seorang pakar yang telah menangani banyak kasus, Kirdi mengakui bahwa metode ini sangat unik dan mencurigakan.


Ia menyatakan belum pernah menemukan kasus bunuh diri dengan modus operandi seperti ini.


"Belum ada kasus bunuh diri dengan melakban wajah," ungkapnya. 


Ketiadaan preseden ini menambah daftar panjang keanehan dalam kasus kematian sang diplomat muda, membuat dugaan adanya keterlibatan pihak lain semakin kuat.


4. Pentingnya Analisis Pola Kebiasaan


Kirdi menekankan pentingnya bagi penyidik untuk melihat pola kebiasaan korban. 


Manusia adalah makhluk yang hidup dengan pola. Perubahan drastis dari pola inilah yang sering menjadi petunjuk adanya masalah.


"Harus mengingat kebiasaan korban setiap hari," kata Kirdi.


Apakah ada perubahan dalam rutinitas komunikasinya dengan istri atau keluarga? 


Apakah ada ketakutan atau ancaman yang pernah ia ceritakan? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini berada di tangan orang-orang terdekat korban.


5. Potensi "Bocoran" atau Keluhan yang Terabaikan


Orang dengan niat bunuh diri, menurut Kirdi, biasanya memberikan "bocoran-bocoran kecil" kepada orang terdekatnya, meski sering kali tidak disadari.


"Ada bocoran-bocoran yang biasanya disempilkan ke orang-orang terdekatnya," ujarnya.


Polisi perlu menggali lebih dalam dari istri dan kerabat dekat, apakah ada pesan-pesan tersirat, keluhan, atau curahan hati yang tidak biasa dari Arya Daru beberapa waktu sebelum kejadian nahas tersebut. 


Informasi ini sangat krusial untuk membedakan antara depresi yang mengarah pada bunuh diri atau ketakutan akibat ancaman dari pihak lain.


👇👇


[CCTV]





Sumber: Suara

Komentar