Wajah Berubah, Tahi Lalat Pindah: Siapa Dia Sebenarnya?

- Kamis, 17 Juli 2025 | 22:50 WIB
Wajah Berubah, Tahi Lalat Pindah: Siapa Dia Sebenarnya?

Lalu, kalau di negara-negara itu mereka lakukan, mengapa Indonesia tidak? Sejumlah teori menyebut kemunculan Jokowi berawal dari order Amerika kepada Presien Megawati untuk menangkap ustad Abu Bakar Baasir. Tokoh asal Ngruki, Solo itu dituduh terlibat kasus bom Bali 1 dan 2. 


Dia juga disebut-sebut jadi pentolan Jamaah Islamiyah, organisasi yang menurut versi Amerika tempat berkumpulnya para teroris.


Teori ini banyak berkembang di kalangan tertentu. Koordinator Kajian Merah Putih, Sutoyo Abadi termasuk yang mengamini. Belakangan pengamat politik Rocky Gerung juga mulai memainkan narasi ini.


Menurut Sutoyo, Mega menolak “perintah” Amerika. Lalu, tambah dia, tawaran dialihkan ke Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Iming-imingnya, Amerika akan bantu dia duduk jadi Presiden RI.


“Kemudian SBY minta Walikota Solo, Jokowi, untuk bantu menangkap Abu Bakar Baasir. Sukses! SBY jadi presiden RI. Jokowi, mulai masuk radar Amerika,” kata Sutoyo.


Cerita ini belakangan semakin dapat tempat di publik. Banyak yang mulai percaya, ada tangan-tangan tak terlihat yang memunculkan Jokowi sebagai “sosok rakyat jelata”. 


Mereka bergerilya, memoles orang kampung itu mendadak naik panggung. Dia didorong, dipoles, dijual ke publik sebagai ‘harapan baru’.


Sampai di sini cerita kian seru. Masuk gorong-gorong. Blusukan, merakyat. Semua polesan itu dilakukan untuk mengembangkan tugas maha penting. 


Melayani kepentingan majikan asingnya. Waktu itu, Amerika. Kalau belakangan RRC yang lebih menikmati, itu cerita lain.


Jika benar CIA atau agen intelijen global lain ikut bermain, maka skenarionya bisa sangat panjang. Jokowi mungkin bukan siapa-siapa. Tapi di baliknya, ada kekuatan yang ingin mengendalikan arah bangsa ini. 


Mulai dari kebijakan ekonomi yang pro-asing, penjualan aset negara, pembukaan keran investasi China, proyek IKN. 


Agar berbagai tugas itu berjalan mulus, harus steril dari para penganggu. Maka, terjadilah pembungkaman kritik melalui UU dan aparat.


Prabowo? Bersama Rakyat?


Kini publik terbelah. Ada yang tetap yakin itu Jokowi, meskipun wajahnya berubah drastis. 


Ada juga yang mulai gelisah dan mempertanyakan, siapa sebenarnya yang pernah memimpin negeri ini? 


Apakah seorang rakyat biasa dari Solo seperti narasi awalnya? Atau hanya aktor pengganti yang dikendalikan oleh elite global?


Inilah saatnya kita tak lagi cuek. Bangsa ini sedang dipermainkan di depan mata. 


Bukan cuma soal ijazah palsu, tapi bisa jadi, seperti kata Sutoyo dan dokter Zul, orangnya pun palsu. 


Kalau benar ini semua hanya sandiwara, berarti selama 10 tahun lebih bangsa ini dikendalikan oleh bayangan.


Cukup sudah rakyat dibohongi! Kita wajib menuntut transparansi total. Bukan hanya soal ijazah palsu, tapi juga siapa sebenarnya Jokowi. 


Tes forensik wajah bisa dilakukan. Uji rekaman suara, analisis biometrik, rekam medis, tes DNA hingga investigasi keluarga dan riwayat hidup harus dibuka.


Kalau benar ada pemalsuan orang dan identitas, ini bukan sekadar skandal. Ini pengkhianatan nasional. 


Satu hal yang pasti, Jokowi asli atau palsu, selama 10 tahun kekuasaannya telah terjadi kerusakan yang begitu dahsyat. 


Bukan cuma Jokowi yang harus dihukum. Semua pihak yang terlibat harus bertanggung jawab. 


Termasuk dan terutama partai pengusung. Mereka ikut mendesain dan menikmati kekuasaan zalim Jokowi. Mereka pengkhianat bangsa.


Dan Prabowo? Dia kini menggenggam kekuasaan dengan bantuan Jokowi. Apakah dia sadar siapa yang membantunya? Jika tidak, bagaimana mungkin dia tidak tahu? 


Kalau sadar, kenapa bisa terjadi? Atau, mungkin Prabowo sedang berstrategi? Atau, justru dia menikmati bantuan Jokowi yang pasti tidak gratis itu?


Semua terpulang pada Prabowo. Apa pun yang akan dilakukan, sepenuhnya hak dan tanggung jawab dia. Tapi, apa pun pilihannya, pasti berdampak bagi perjalanan bangsa. 


Prabowo akan dicatat sebagai pelanjut kehancuran yang dibuat Jokowi. Atau, dia akan bekerja untuk kemaslahatan rakyat dan negara ini. ***

Halaman:

Komentar