Api yang membara sejak Minggu siang sulit dipadamkan karena lokasi pengeboran berada di area padat rumah penduduk.
Selain menimbulkan korban jiwa, peristiwa itu juga membuat warga sekitar panik dan harus dievakuasi untuk menghindari dampak kebakaran meluas.
Fenomena sumur minyak rakyat di Blora sebenarnya bukan hal baru.
Daerah ini memang dikenal memiliki cadangan minyak bumi, namun banyak dikelola secara tradisional tanpa izin resmi.
Praktik tersebut seringkali dipicu keterbatasan ekonomi warga desa.
Harga minyak yang tinggi dianggap sebagai peluang cepat untuk mendapatkan penghasilan, meskipun dengan risiko besar.
Beberapa pengamat menyebut, situasi ini menempatkan warga dalam dilema: di satu sisi mereka mendapatkan harapan ekonomi baru, di sisi lain nyawa mereka terancam akibat aktivitas pengeboran ilegal tanpa standar keselamatan.
“Kejadian di Blora ini seperti bom waktu. Pemerintah harus segera turun tangan, karena kalau dibiarkan, bencana serupa bisa terulang,” kata seorang pemerhati lingkungan di Semarang.
Hingga kini, proses evakuasi dan pendinginan area kebakaran masih berlangsung.
Aparat kepolisian bersama pemerintah daerah tengah mendata jumlah sumur ilegal yang tersebar di Desa Gandu.
Tragedi ini sekaligus membuka mata bahwa di balik “emas hitam” yang ditemukan warga, tersimpan risiko besar jika tidak diatur dengan baik.
Bagi sebagian warga, minyak mungkin terasa seperti berkah.
Namun setelah api membakar dan korban berjatuhan, banyak yang mulai sadar bahwa keberanian tanpa pengamanan justru bisa berujung pada petaka.
Sumber: HukamaNews
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur