Benalu di Tubuh Kabinet Sudah Bergerak: Apakah Kau Masih Pura-Pura Buta, Jenderal!
Oleh: Laksma TNI Pur Ir. Fitri Hadi S, MAP
Analis Kebijakan Publik
Wahai Jenderal, entah Jenderal polisi atau Jenderal Kancil, entah Jenderal aktif atau Jenderal purnawirawan, tetapi kepada kalian yang masih duduk di kursi empuk menikmati jabatan publik.
Kemarahan rakyat di berbagai daerah yang dimulai tanggal 25 Agustus 2025 bukanlah kerusuhan atau permainan.
Ini adalah akumulasi luka rakyat Indonesia yang terjadi bukan akibat kejadian dalam semalam.
Rakyat turun ke jalan bukan hanya karena panas, lapar, atau emosi sesaat. Amarah Rakyat menggelegak ketika harga diri mereka diinjak, ketika harapan tidak lagi bisa dibeli dengan janji.
Tidak ada revolusi yang lahir tanpa sebab, di Indonesia sebab itu sudah ada dan hanya perlu pemantiknya, tidak perlu siapa pemimpinnya.
Semua dimulai dari satu hal yang selama ini terus menekan rakyat dengan kenaikan pajak secara sistematis, pajak daerah dimana mana naik, PPN naik, Tarif-tarif retribusi diam-diam naik.
Di sisi lain pelayanan publik tidak membaik dan PHK semakin merembak, pendapatan rakyat stagnan serta beli menurun.
Rakyat merasakan hidup di negara ini semakin mahal, tapi hidup makin murah nilainya.
Sementara rakyat menyaksikan kepongahan anggota DPR dengan joget jogetnya dan ucapan “orang Rakyat Tolol” Ucapan Ahmad Sahroni itu sendiri, dituding menjadi pemicu bergejolaknya aksi massa hingga memuncak pada tindakan anarkistis.
Politisi Partai NasDem itu, mengucapkan ‘rakyat tolol sedunia’ menanggapi adanya tuntutan masyarakat yang menginginkan DPR dibubarkan.
Saat rakyat sedang mengencangkan ikat pinggang, anggota DPR justru joget-joget di gedung megah—merayakan kenaikan gaji yang tidak mereka perjuangkan lewat kerja keras, tetapi lewat kekuasaan.
Hey Syahroni, rakyat tidak tolol apalagi tolol sedunia. Kapan saja DPR bisa bubar, tapi tidak setolol engkau bahwa DPR dibubarkan permanen.
Kalian yang sudah lupa kacang akan kulitnya, yang sudah dimabuk kekuasaan dan kekayaan yang seharusnya bubar karena kalian tidak diperlukan rakyat lagi.
Cilakanya lagi, ketika Sahroni dilengserkan, pimpinannya seolah menjadi buta dan tuli atas apa yang telah terjadi.
Ketua Fraksi Partai Nasional Demokrat (Nasdem) di Parlemen Viktor Bungtilu Laiskodat menjelaskan alasan rotasi yang dilakukan terhadap anggotanya di parlemen.
Menurutnya ini merupakan langkah partai untuk memperkuat kinerja fraksi agar selaras dengan semangat restorasi Indonesia.
Kemudian ketika rakyat protes, apa balasannya? Aksi brutal yang dipertunjukkan oleh Polisi, maka terlindasnya pengemudi Ojol.
Artikel Terkait
Ahmad Sahroni Wisuda S3, Disertasinya yang Kini Jadi Sorotan Publik Usai Dulu Viral Gara-gara Ijazah Nilai 6
Kronologi Lengkap Kasus Dina Oktaviani: Karyawati Alfamart Tewas Diduga Dihamili Atasan, Keluarga Dievakuasi
Anak Menkeu Soroti Gaya Feodal di Pesantren, Sebut Ada Penghormatan Berlebihan
Prabowo Ditetapkan sebagai Presiden Perdamaian Dunia: Apa Artinya bagi Indonesia?