POLHUKAM.ID - Wakil Presiden, Gibran Rakabuming Raka bertemu dengan delapan orang perwakilan ojek online (ojol) dari berbagai aplikasi di Istana Wapres, Jakarta pada Minggu (31/8) lalu.
Pertemuan ini digelar di tengah ramai kasus tewasnya Affan Kurniawan (21) karena dilindas rantis Brimob saat terjadi kerusuhan di Pejompongan, Jakarta pada Kamis (28/8).
Pertemuan ini pun menjadi perbincangan publik. Banyak yang menduga bahwa mereka, ojol yang bertemu Gibran, bukanlah ojol sungguhan.
Hari ini, Selasa (2/9), kumparan bertemu 5 orang di antara 8 orang yang ikut pertemuan tersebut. Mereka adalah Rio (36), Doni (37), Joko (52), Riska Amelia (29), dan Arief (50).
Mereka mengikuti rangkaian aksi damai bagi-bagi bunga dari ojol kepada aparat polisi dan TNI di kawasan Monas, Jakarta Pusat.
Kepada kumparan, Rio menekankan bahwa mereka benar-benar berprofesi sebagai ojol. Pada pertemuan itu, mereka hanya diundang.
“Jadi pada intinya, pada tanggal 31, kemarin hari Minggu, Kurang lebih sekitar jam 10-11 (siang) kami dapet WA Atau dihubungi dari protokol Wapres, protokol dinas Wapres yang di mana isi WA tersebut mengundang kami untuk pertemuan dengan Wapres, Untuk membahas situasi ojol yang saat ini sedang bergejolak, Bang,” ucap Rio di Monas.
“Karena diundang ya saya mengiyakan kan. Apalagi sampai saat ini, sampai kemarin tanggal 31, Belum ada titik terang nih, perihal tragedi saudara kita Almarhum Affan. Yang ada titik terangnya, yang di medsos hanya penahanan patsus selama 20 hari atau sanksi kode etik, sedangkan maling ayam aja dipenjara 5 tahun bang. Masa ngelindas seorang cuma 20 hari? Akhirnya, saya pribadi juga sama teman-teman mengiyakan untuk datang ke sana,” tambah dia.
Rio bercerita bahwa Gibran meminta saran kepada mereka bagaimana cara untuk meredam amarah ojol usai Affan tewas.
“Akhirnya kami menjawab. Ya seharusnya Bapak lebih tahu Karena kan seluruh tuntutan ojol di seluruh Indonesia itu sama. Satu, adili pelaku Brimob yang melindas Almarhum Affan secara sesuai prosedur hukum dan hukum seberat-beratnya,” ucap Rio.
“Nah di situ juga (wakil) presiden bertanya, gimana ya cara ngeredam situasi biar ojol ini bisa nggak bergejolak lah. Kita kasih saran kan. Bapak sebagai Wapres atau RI 2 masa nggak bisa usut tuntas kasus Almarhum Affan? Udah gitu harus transparan karena teman-teman ojol di luar mau tahu nih pelakunya dihukum berapa lama,” tambahnya.
Selain meminta kasus Affan diusut tuntas, para ojol juga meminta pemerintah agar segera membuat keadaan lekas membaik. Para ojol merasa rugi karena kericuhan membuat banyak customer hilang.
Atas permintaan ojol tersebut, Rio mengatakan Gibran berjanji akan mengusut tuntas kasus Affan dan segera membuat situasi nasional pulih kembali.
“Mas Gibran berjanji. Pertama mengusut tuntas kasus Affan dan transparan dan menghukum pelaku seberat-beratnya karena memang udah ada unsur pidananya, seperti yang terakhir naik di TikTok kan katanya udah ada unsur pidana,” ucap Rio.
“Dan yang kedua Mas Gibran juga janji nih, Secepatnya dalam beberapa hari ke depan, terhitung dari kemarin Bang ya, itu keadaan sudah mulai normal, sekolah mulai masuk, kantor sudah mulai masuk. Biar kita bisa kembali bekerja secara normal gitu,” tambahnya.
Menjawab Tudingan Bukan Ojol
Tudingan mereka bukan ojol diperkuat dengan pernyataan salah satu asosiasi ojol, Garda Indonesia. Asosiasi itu menyebut tak mengetahui siapa ke-8 orang itu dan mereka tidak mewakili para ojol.
Menjawabnya, Rio menyebut bahwa mereka memang bukan bagian dari asosiasi. Namun, bukan berarti mereka ini bukan ojol asli.
“Kalau mungkin ada asosiasi lain ya kalau dia bilang nggak kenal ya Mungkin itu urusan dia. Pada intinya di sini saya bisa membuktikan Bahwa di sini saya mempunyai akun Bang Ini akun saya,” ucap Rio.
Baik Rio maupun ojol lain yang ditemui pun kompak memperlihatkan aplikasi driver ojol mereka.
“Ada foto saya jelas Bang,” ucap Rio.
Pernyataan Rio pun didukung oleh Doni. Menurut Doni, syarat menjadi ojol bukanlah masuk asosiasi, namun terdaftar sebagai mitra aplikasi.
“Apakah ojol harus masuk asosiasi?“ ucap Doni.
“Menurut saya nggak. Yang jelas ojol itu kan mitra aplikasi. Berarti Kita wajibnya adalah kita mitra aplikasi. Kenapa kita harus masuk asosiasi? Kecuali ada aturan kita harus masuk asosiasi,” tambahnya.
Doni pun bercerita, yang memilih dirinya untuk mewakili ojol bertemu Gibran adalah aplikasi langsung. Ia menduga alasannya karena ia sering ikut kegiatan yang dilaksanakan oleh aplikasi.
“Jadi saya diundang sama pihak manajemen inDrive. Jadi manajemen inDrive yang memilih driver mana yang bertugas ke sana. Kebetulan saya sama Pak Joko memang salah dua driver yang sering ikut kegiatan di aplikasi inDrive. Nah kami yang dihubungi,” jelas Doni.
“Saya sebenarnya pengin nolak gitu. Istri saya pun juga bilang udah nolak aja, bahaya nih. Gitu kan. Ternyata memang benar bahaya gitu. Tapi akhirnya saya mengiyakan, Bang Joko juga mengiyakan. Kita saling koordinasi juga karena sama-sama driver inDrive,” tambahnya.
Kalau Rio sendiri menduga, ia dipilih oleh aplikasinya karena sebelumnya sering ikut aksi unjuk rasa yang digelar oleh para ojol.
“Kalau saya yang dipilih, saya sendiri gak tau. Cuman saya sudah beberapa kali turun aksi. Jadi di saat ada netizen-netizen yang bilang saya bukan ojol, saya geng Solo lah bahasanya tanda kutip, saya bisa membuktikan bisa dicek, ini kan ada foto saya di RCTI,” ucap Rio.
“Ini waktu demo Kemenaker 10/10. Jadi di saat bapaknya (Joko Widodo) menjabat (presiden) pun kalau ada kebijakan yang merugikan kami para ojol, kami akan bergerak bang,” ucap Rio.
Mereka pun meminta agar asosiasi yang menuding mereka tidak mewakili para ojol malah seharusnya mendukung mereka yang tengah memperjuangkan hak ojol.
“Saya cuma berpesan, siapa pun itu selama dia ojol dan memperjuangkan nasib ojol, tolong disupport. Kita sama-sama mau satu tujuan memperjuangkan ojol,” tandas Rio.
Tepis Tudingan Anggota Polisi dan TNI dan Jawab Sorotan Sepatu Air Jordan
Di media sosial, publik menduga bahwa ojol yang datang ke Istana Wapres itu adalah sesungguhnya anggota dari polisi dan TNI. Salah satu ojol yang kumparan temui, Arief menjawab tudingan itu.
“Kemarin (saya) dibilang bukan ojol. Disangkain saya TNI atau polisi. Padahal saya tukang ojek,” ucap Arief.
Arief menyebut dirinya telah bergabung menjadi ojol di sebuah aplikasi sejak tahun 2018 lalu. Ia meminta publik agar tidak termakan sebuah isu.
“Jadi jangan pernah termakan isu bahwa settingan. Kita benar-benar murni ojol. Dan pesan saya untuk teman-teman ojol Senusantara, jangan sampai terprovokasi untuk ikut aksi demo anarkis,” ucap Arief.
“Kita tetap on bid cari uang untuk keluarga. Dan kita juga ingin situasi Indonesia kembali stabil, normal. Kita mau tenang cari uang. Dan jangan pernah peralat lagi nama ojol untuk kepentingan golongan atau pribadi,” tambahnya.
Selain dituding anggota TNI-Polri, publik juga curiga dengan para ojol karena Arief dan salah satu ojol lainnya, Riska Amelia, memakai sepatu Air Jordan 1. Riska pun menyebut ojol juga mampu untuk membeli sepatu branded tersebut.
“Jadi, jangan ngeliat dari tampang muka doang, penampilan. Kita sebagai Ojek Online juga harus jaga penampilan, dan biar customer kita juga nyaman saat dibonceng,” ucap Riska.
Riska pun membuktikan dengan pendapatannya dalam sehari. Menurutnya, ia bisa meraup Rp 500 ribu dalam sehari ia bekerja.
“Nih sehari saya 500 (ribu rupiah),” ucap Riska.
Riska pun meyakinkan bahwa ia dan Arief benar seorang driver ojol dari sebuah aplikasi.
“Untuk yang gak percaya sama saya Ojol, ayo kita ngopi bareng yuk,” ucap Riska.
“(Kami) ojol semua. Mereka itu sepuh semua. Sepuh saya semua,” tandasnya.
Sumber: kumparan
Artikel Terkait
Gojek Pastikan Pengemudi yang Bertemu Gibran Mitra Aktif Sejak 2015
Anggota DPRD Tapteng Laporkan Bupati Masinton Pasaribu ke Kejati Sumut
Khalid Basalamah Mangkir Panggilan KPK
Noel Ebenezer Akui Terlibat Pemerasan Sertifikat K3