Roti Tuna dan Jenazah Munir: Sepenggal Ingatan Sri Rusminingtyas Dari Belanda

- Minggu, 07 September 2025 | 21:10 WIB
Roti Tuna dan Jenazah Munir: Sepenggal Ingatan Sri Rusminingtyas Dari Belanda

POLHUKAM.ID - SRI Rusminingtyas selalu mengenang sahabatnya, aktivis hak asasi manusia Munir Said Thalib


Dialah orang pertama yang melihat jenazah Munir di Bandara Schipol, Amsterdam, Belanda pada 7 September 2004 silam.


Sri mengatakan tiap 5 Juni, ia selalu membuka album foto pernikahannya dengan sang suami yang warga negara Belanda Leo Fontijne


Salah satunya adalah foto dia dan Leo bersama beberapa aktivis HAM Indonesia termasuk Munir di dalamnya. 


“Munir, kapan kamu dapat keadilan,” kata Sri sambil memandang foto pernikahan itu.


Sri sudah mengenal Munir sejak 1998. Saat itu lembaga tempat Sri bekerja diminta Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) memfasilitasi penguatan lembaga. Munir merupakan salah satu pendiri Kontras.


Sejak saat itu, Sri sering berdiskusi dengan Munir. 


Ia mengenang Munir sebagai seorang aktivis hak asasi manusia yang berani mengungapkan kebenaran. 


“Dia orang yang tidak takut. Tapi keberanian itu karena dia punya data,” kata Sri saat dihubungi, kemarin.


Munir tewas di langit Romania saat pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA-974 membawanya ke Belanda pada 7 September 2004. 


Munir saat itu sedang dalam perjalanan untuk melanjutkan studinya di Universitas Utrecht, Amsterdam


Sri merupakan orang yang pertama kali melihat dan mengurusi jenazah Munir di Bandara Bandara Schiphol, Amsterdam, Belanda.


Kepada Tempo, Sri menceritakan detik-detik ketika mengurusi jenazah Munir. 


Awalnya ia mendengar Munir akan melanjutkan kuliah S2 bidang hukum di Utrecht University pada September 2004. 


Sri yang sudah menetap di Belanda sejak Juli 2004, kemudian meminta tolong kepada Poengky Indarti untuk menitipkan ijazahnya yang tertinggal di Indonesia kepada Munir. 


Poengky mengiyakan dan meminta Sri menjemput Munir di Bandara Schiphol Amsterdam, Belanda.


Munir berangkat menggunakan pesawat Garuda Indonesia GA-974 dari Bandara Internasional Soekarno Hatta menuju Bandara Schiphol, Amsterdam, Belanda pada 7 September 2004. 


Sri merasa Munir sebetulnya tidak perlu dijemput di Bandara Schiphol. 


Selama mengenal Munir, Sri melihat pendiri Imparsial itu sudah biasa melakukan perjalanan ke luar negeri secara mandiri. 


Tapi, kala itu, Poengky ngotot supaya Sri menjemput Munir. 


“Saya juga heran. Tapi saya tetap mengiyakan,” kata dia saat dihubungi via telepon pada Jumat, 5 September 2025.


Pada hari penjemputan, Sri sudah tiba lebih pagi di Bandara Schiphol. Dia membawakan roti tuna untuk diberikan kepada Munir. 


Sri lalu melihat pesawat Garuda Indonesia yang ditumpangi Munir sudah mendarat pada layar pengumuman kedatangan. 


Sri kala itu membayangkan Munir keluar mendorong troli sampail cengar-cengir. Ketika keluar, Sri berniat akan menanyakan kabar dan memberikan roti tuna kepada Munir. 


“Aku akan tanya kabarnya, sudah sarapan belum. Kalau belum akan kuberikan roti tuna,” kata dia.


Sri cukup lama menunggu. Namun, Munir tidak kunjung keluar. 


Sri tiba-tiba mendapatkan panggilan telepon dari Poengky. Kepada Sri, Poengky bertanya keberadaanya. 


“Saya bilang saya di Schiphol. Saya kan mau jemput Munir,” kata dia.


Poengky kemudian mengabarkan Munir diisukan meninggal di pesawat. Ia tidak langsung percaya dengan rumor itu. 


Tapi memang Sri sempat mendengar petugas bandara menyebut kata “Munir” menggunakan Bahasa Belanda. 


Sri kala itu belum terlalu paham apa yang disampaikan petugas itu. Belakangan, Sri mengetahui bahwa pengumuman itu berbunyi, ‘bagi siapa yang menjemput Munir, harap menghubungi Information desk’.


Beberapa kru Garuda kemudian mulai keluar dari arrival gate. Sri langsung bertanya kepada salah satu pramugari untuk memastikan rumor itu. 


“Apa betul Munir meninggal di pesawat?” kata Sri. “Iya betul. Tapi keterangan resmi bisa hubungi kantor Garuda,” kata Sri menirukan ucapan pramugari tadi.


Halaman:

Komentar

Terpopuler