Pertama, balas jasa Prabowo karena Qodari telah berhasil “memenangkan” hasil survey (rekayasa) baik manual count maupun quick count.
Jika ini yang terjadi, Prabowo telah Salah langkah karena merekrut orang yang tidak kompeten yang hanya akan merugikan Pemerintahannya saja.
Kedua, Prabowo punya tugas khusus yang harus diemban Qodari, terutamanya yang menyangkut strategi memenangkan Pemilu 2029.
Jika ini yang terjadi, berarti Prabowo akan mengulangi lagi kesalahan di tahun 2024, yaitu mempercayai dan menggunakan data fiktif dan manipulatif untuk menjadi barometernya
Ketiga, Prabowo telah tertipu oleh popularitas Qodari yang dianggap sukses memimpin Lembaga Survey Indo Barometer sehingga Prabowo ingin menerapkan strateginya.
Jika ini yang terjadi, memang Prabowo telah benar-tertipu oleh kebohongan dan akal bulusnya.
Keempat, Prabowo ingin menyenangkan Jokowi kalau orang kepercayaannya masih tetap dipakai, walaupun bukan jabatan strategis.
Jika ini yang terjadi, Prabowo memang masih dalam kendali Jokowi, walaupun tengah berusaha melepaskan diri secara ssngat perlahan dan hati -hati.
Kelima, Qodari punya misi khusus dari Jokowi, untuk menjadi “mata-mata” dan membuat kekacauan Pemerintahan Prabowo, tujuan akhirnya adalah melemahkan kekuatan Prabowo dan menyiapkan kudeta senyap untuk menobatkan Gibran jadi Presiden.
Jika ini yang terjadi, Prabowo harus segera memecat Qodari karena akan sangat membahayakan bukan saja kedudukan Prabowo sebagai Presiden, tapi juga Pemerintahannya akan terus dibuat tidak stabil.
Apa pun kemungkinannya, seorang Qodari sangat tidak layak diberi penghormatan di Pemerintahan, apa lagi duduk di istana sebagai KSP.
Yang layak bagi dia adalah diproses hukum karena telah melaporkan hasil survey palsu dan manipulatif. ***
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur