Lebih lanjut, ia menilai bahwa kritik yang disampaikan oleh Trans7 tidak bersifat tajam atau menyerang. Oleh karena itu, ia meminta para santri dan alumni pesantren untuk bersikap lebih terbuka terhadap kritik yang membangun, guna perbaikan diri dan lembaga.
“Menurut saya, kritik Trans7 itu tidak begitu tajam. Jangan terlalu sensi. Ambil sisi positifnya sebagai bahan introspeksi. Kadang-kadang saya juga menegur santri untuk membersihkan kamarnya — itu bagian dari pendidikan,” ucapnya.
KH Nur Ihya juga mengingatkan bahwa orang yang tidak pernah mengenyam kehidupan pesantren seharusnya tidak terburu-buru mengambil tindakan emosional atau mengancam pihak lain. “Kalau yang tidak pernah mondok, jangan langsung marah, mengancam, tidak sebegitunya. Ketika kiai dihina habib, tidak terketuk hatinya. Ini dunia yang terbalik,” tegasnya.
Pernyataan KH Nur Ihya tersebut kini menjadi sorotan di tengah meningkatnya tensi antara kalangan pesantren dan media, setelah tayangan yang dianggap merendahkan lembaga pendidikan Islam tradisional itu viral di media sosial.
Sumber artikel asli: suaranasional.com
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur