Sosok kedua yakni Aisyah binti Muzzahid, seorang perempuan yang dipuji dalam Al Quan karena kemandirian dan ketegasan imannya dalam melawan raja yang begitu zalim, yakni raja fir aun yang dilaknat Allah swt.
Kemudian ada sosok Siti Maryam, seorang perempuan terbaik sepanjang massa yang dengan ketegasannya menjaga kehormatan dirinya sehingga Allah memberikan dia anugerah dengan putra yang saleh, yaitu Nabi Isa.
“Itu merupakan bukti perempuan mempunyai kapabilitas yang sama dengan laki laki dan memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk memimpin. Karena dalam Islam, landasan untuk jadi pemimpin adalah kemaslahatan umat,” katanya.
Aktivis perempuan PBNU ini menyadari saat ini masih terjadi pro kontra di masyarakat terkait apakah seorang perempuan boleh menjadi pemimpin di ruang publik. Ia pun berharap penjelasannya ini bisa menjadi jawaban bagi perdebatan itu.
“Jika esok masih ada yang bertanya apakah perempuan boleh mengisi kepemimpinan dalam ruang publik, jawabannya adalah boleh,” ujarnya.
Sumber: genpi.co
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur