Ingatkan Insiden Bom Sarinah
Hasan juga menyinggung peristiwa bom Sarinah tahun 2016 sebagai contoh bagaimana masyarakat Indonesia merespons ancaman dengan cara yang tidak memberi ruang bagi teror untuk menimbulkan ketakutan.
"Waktu bom Sarinah kenapa Indonesia jadi pembicaraan dunia karena lagi ada bom tapi orang kumpul ramai-ramai, ada penjual kacang, ada penjual sate, makanya Pak Jamal itu jadi legend karena dia jualan sate di tengah bom. Dan muncul hashtag kami tidak takut kan waktu itu. Karena apa itu dilecehkan aja sama warga Jakarta waktu itu. Bom Sarinah itu nggak dianggap sama warga Jakarta, tapi dilecehkan saja," ujarnya.
Dukung Kebebasan Pers
Menutup pernyataannya, Hasan menegaskan bahwa maksudnya bukan meremehkan teror terhadap Tempo, tetapi justru mendukung sikap Francisca dalam menghadapi ancaman tersebut.
"Saya setuju dengan cara dia (Francisca) merespons teror itu, dan saya ngomong gitu dalam rangka mendukung dia (Francisca) merespons teror itu, bukan menganggap remeh teror ke Tempo, tapi justru si peneror ini harus kita lecehkan, kalau kepala babinya dimasak kan berarti terornya nggak berhasil," katanya.
Selain itu, Hasan juga memastikan bahwa pemerintah tetap menjunjung tinggi kebebasan pers dan tidak ada upaya untuk membungkam media, termasuk yang kerap bersikap kritis terhadap pemerintah.
"Saya kan sudah bilang bahwa kalau dari pemerintah tidak pernah ada pengekangan apa-apa terkait kebebasan pers. Makanya media-media yang paling kritis sekalipun tetap bisa menulis berita, bahkan tetap ada di istana. Di istana tidak ada sensor media ini kritis, media ini kritis, kan tidak. Sejauh ini bisa liputan di istana dan kementerian lain juga," tegasnya.
Hasan menekankan bahwa kebebasan pers di Indonesia bukan hanya teori, tetapi sudah terbukti nyata.
"Kalau dari pemerintah kan sudah terbukti, jadi kalaupun ditanyakan kita pakai bukti aja jawabnya, nggak ada yang disensor, nggak ada yang dihalang-halangi, boleh nulis berita bahkan boleh siaran. Sekeras apa pun kontennya mereka, itu kan bukti, kalau dari pemerintah penghargaan kebebasan pers itu bukan sekadar teori tapi udah nyata," tutupnya.
Sumber: VIVA
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur