“Menjelang Pilpres 2024, polarisasi politik antar pendukung masih hangat dan terus digunakan. Masing-masing kubu terus menyematkan narasi atas nama toleransi dan paling NKRI,” ujar Wakil Ketua Umum PRIMA, Alif Kamal dilansir dari Rakyat Merdeka, kemarin.
Alif menganalisa, meskipun tidak lagi ramai istilah Cebong Vs Kampret, namun polarisasi masyarakat masih begitu kental di dunia maya. Sekalipun, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno sebagai lawan Jokowi-Ma’ruf Amin di Pemilu 2019 sudah masuk Pemerintahan, polarisasi belum terurai.
“Jelang Pilpres 2024 masing-masing kubu masih saling hujat dan sama-sama menjual kata toleransi,” geregetnya.
Dikatakan, masyarakat lebih sensitif terhadap isu yang lebih penting. Yaitu, tentang bagaimana caranya membangun ekonomi politik bangsa yang sedang dikuasai oligarki. Asumsinya, kekayaan bangsa ini mayoritas dikuasai satu persen penduduk Indonesia.
Mantan aktivis Partai Rakyat Demokratik (PRD) ini menilai, biang kerok penyebab polarisasi politik adalah keterpaksaan masyarakat untuk memilih dua pasangan calon di ajang Pilpres. Alhasil, polarisasi tidak dapat dihindarkan ketika kedua kubu saling serang dengan isu politik identitas. “Tentu harapannya nanti akan muncul banyak calon di Pilpres 2024,” pungkasnya. [BSH]
Sumber: rm.id
Artikel Terkait
Upacara 17 Agustus di Istana Diprediksi Penuh Drama Politik, Jokowi Bakal Absen?
Bukan Hanya AHY, Begini Tatapan Tajam Bahlil Saat Tak Disalami Gibran
Insiden Gibran Tak Salami Menteri Bukti Relasi di Kabinet Tidak Kuat
Pemberian Abolisi-Amnesti Diduga jadi Penyebab Perubahan Sikap Gibran