Namun bagi Rokhmat Widodo, isu ini tak semata-mata soal benar atau tidaknya sebuah ijazah, melainkan bagaimana isu tersebut dimanfaatkan oleh berbagai pihak.
“Ini seperti tambang emas politik. Selalu bisa digali kapan saja dan bisa membakar opini publik jika dibutuhkan,” katanya.
Rokhmat mencatat adanya pola yang berulang: isu dilempar oleh pihak tertentu, lalu beberapa kelompok sipil atau aktivis menggigit umpan itu.
Setelah situasi memanas, muncullah respons keras dari aparat, dan berakhir pada kriminalisasi atau tekanan terhadap pihak-pihak yang dianggap ‘berlebihan’ menanggapi isu tersebut.
“Ini bisa kita lihat dari beberapa kasus penangkapan terhadap aktivis atau tokoh-tokoh yang vokal. Sedangkan mereka yang memulai isu kadang tetap bebas. Di sinilah letak ‘jebakan’ yang saya maksud. Ini strategi pengamanan narasi, sekaligus pemetaan siapa kawan dan siapa lawan,” jelasnya.
Rokhmat mengingatkan aktivis, tokoh masyarakat, dan publik untuk lebih cermat dan kritis dalam menanggapi isu-isu besar seperti ini.
“Jangan asal reaktif. Pelajari siapa yang menyebar isu, siapa yang berpotensi memanen hasilnya. Jangan-jangan yang kita anggap teman justru yang menjebak,” katanya mengakhiri.
Isu ijazah Jokowi kini bukan sekadar polemik administratif, melainkan telah menjadi arena pertarungan narasi, kekuasaan, dan strategi politik tersembunyi.
Apa yang tampak di permukaan seringkali bukanlah realitas utuh.
Dalam pandangan Rokhmat Widodo, publik perlu waspada terhadap operasi “pancing jaring” yang menjebak dan bisa mengorbankan mereka yang tidak hati-hati dalam bersikap.
Sumber: SuaraNasional
Artikel Terkait
Ijazah Jokowi Palsu? Survei Buktikan Mayoritas Masyarakat Justru Tidak Percaya
Gibran Dinilai Cerdas & Visioner, Survei Buktikan 71% Publik Puas!
Rizal Fadillah Sebut Jokowi Tak Hafal Salam UGM, Tuduh Ijazah Palsu: Stop Tipu-tipu!
Program MBG Prabowo-Gibran: Capaian Spektakuler di Tahun Pertama!