POLHUKAM.ID - Polemik lawas soal keaslian ijazah Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali membara, kali ini dipantik oleh pakar telematika Roy Suryo yang membeberkan serangkaian peristiwa ganjil di lingkaran Universitas Gadjah Mada (UGM), almamater sang presiden.
Dalam sebuah diskusi panas di podcast Forum Keadilan TV, Roy Suryo tidak hanya menyoroti perkembangan kasus hukumnya, tetapi juga mengaitkannya dengan sejumlah kejadian yang ia nilai sebagai manuver janggal untuk menutupi sesuatu.
Menurutnya, isu ini sengaja digeser dari ranah teknis-ilmiah menjadi pertarungan politik. Padahal, ia mengklaim niat awalnya murni untuk mencari kebenaran.
"Pihak yang menuduh hanya berhadapan dengan tiga inisial (RRT: Roy, Respon, Tifa) yang kemudian melebar ke banyak orang termasuk Abraham Samad dan YouTuber," ungkap Roy Suryo, menggambarkan bagaimana isu ini meluas di luar kendali.
Fokus Utama: Kejujuran, Bukan Menjatuhkan
Roy Suryo bersikukuh bahwa tujuan utamanya dan rekan-rekannya bukanlah untuk memenjarakan atau menjatuhkan Presiden Jokowi.
Tuntutan mereka, katanya, sederhana: transparansi dan kejujuran.
"Kami dan kawan-kawan tidak berniat mempidanakan pemilik ijazah, hanya meminta kejujuran untuk menunjukkan ijazah asli," tegasnya.
Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa inti dari polemik ini adalah pembuktian otentisitas dokumen.
Meski begitu, Roy juga mengingatkan bahwa jika dokumen tersebut terbukti tidak asli, konsekuensi hukumnya harus berjalan sesuai aturan yang berlaku.
Perkembangan kasus ini sendiri telah naik status dari penyelidikan ke penyidikan, sebuah langkah hukum signifikan yang menandakan adanya indikasi awal tindak pidana.
Deretan Kejanggalan yang Memicu Curiga
Puncak dari argumen Roy Suryo adalah ketika ia membeberkan rentetan peristiwa yang menurutnya terlalu kebetulan untuk diabaikan.
Ia menuding ada upaya sistematis yang membuat publik semakin bertanya-tanya. Berikut adalah poin-poin yang menjadi sorotannya:
Pembongkaran Perpustakaan UGM: Roy menyoroti pembongkaran Perpustakaan Kehutanan UGM dengan dalih digitalisasi.
Ia khawatir langkah ini berpotensi menghilangkan bukti fisik krusial seperti skripsi atau data wisuda angkatan Jokowi.
Reuni Janggal Angkatan Jokowi: Sebuah acara reuni untuk angkatan Presiden Jokowi di UGM disebutnya terkesan janggal dan justru menuai banyak komentar negatif dari publik, memicu spekulasi mengenai tujuan sebenarnya dari acara tersebut.
"Interogasi" Profesor Tanpa Surat: Ia mengungkap adanya dugaan "interogasi" terhadap Profesor Sofyan Effendi selama 12 jam di kediamannya.
Yang membuatnya janggal, proses ini dilakukan tanpa surat panggilan resmi, menimbulkan kekhawatiran soal tekanan terhadap saksi.
Pelarangan Acara Novel Kritis: Sebuah acara ulang tahun dosen senior, Azrul Azwar, di UGM tiba-tiba dilarang.
Roy Suryo mengaitkan pelarangan ini dengan judul novel sang dosen, "Kampus Biru Menolak Ayah", yang dianggap sensitif.
Kepercayaan Hukum Menipis, Lapor ke Amnesty International
Rasa frustrasi terhadap penegakan hukum di dalam negeri mendorong Roy Suryo dan kawan-kawan mengambil langkah ekstrem.
Ia mengaku telah membawa kasus ijazah ini ke lembaga internasional.
"Tidak ada kepercayaan terhadap penegakan hukum di Indonesia," cetusnya, seraya mengungkapkan bahwa kasus ini telah dilaporkan ke Amnesty International.
Pada akhir diskusi, ditekankan bahwa kunci penyelesaian polemik ini adalah kejujuran sebagai basis dari keadilan.
Roy Suryo pun menutupnya dengan sebuah tantangan langsung kepada orang nomor satu di Indonesia, yang ia yakini dapat mengakhiri semua spekulasi ini.
"Menunjukkan ijazah dan skripsi asli untuk menyelesaikan masalah," pungkasnya.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Relawan: Orang Besar yang Dimaksud Jokowi Itu Aktor Non Partai, Dia Punya Kegiatan Politik Kesana Kemari
PPATK Blokir Rekening Nganggur, Setop Ngerjain Rakyat!
UGM Jangan Bungkam soal Polemik Reuni Angkatan 80 Fakultas Kehutanan
Ijazah Jokowi Tak Mungkin Berubah Asli dengan Hadiri Reuni