Upaya konsolidasi ini, menurutnya, sudah mulai dijalankan.
Manuver politik yang dilakukan oleh orang-orang kepercayaan Prabowo seperti Sufmi Dasco Ahmad untuk mendekati berbagai pihak, termasuk Megawati dan kelompok Islam, dilihat sebagai langkah krusial untuk memperkokoh fondasi pemerintahan mendatang.
'Evolusi Dipercepat' Bukan Revolusi: Solusi Membersihkan Internal
Untuk membersihkan "benalu" dan sisa "kotoran" tersebut, Syahganda tidak menyarankan sebuah revolusi yang berisiko menciptakan instabilitas.
Sebaliknya, ia mendorong sebuah konsep yang disebut "evolusi dipercepat".
Artinya, Prabowo harus berani melakukan pembenahan internal secara cepat dan progresif.
Ini mencakup evaluasi total terhadap kinerja kementerian dan lembaga, serta mengganti pejabat yang tidak kompeten dengan figur-figur yang lebih berkualitas dan sejalan dengan visi-misi Prabowo.
Langkah ini juga sejalan dengan gagasan "radical break" atau putus hubungan radikal yang pernah dilontarkan oleh pengamat politik Rocky Gerung.
Prabowo didorong untuk menunjukkan independensinya dan tidak tersandera oleh komitmen atau bayang-bayang rezim Joko Widodo.
Meskipun loyalitas politik penting, Syahganda meyakini loyalitas utama Prabowo adalah pada cita-cita bangsa.
Di tengah upaya Prabowo melakukan konsolidasi kekuasaan, Syahganda juga memberikan catatan penting mengenai peran masyarakat sipil.
Ia menegaskan bahwa fungsi pengawasan atau check and balances dari publik dan kelompok kritis tidak boleh dilemahkan.
Justru, peran ini harus semakin diperkuat untuk memastikan pemerintahan berjalan akuntabel dan tidak menyalahgunakan kekuasaan yang besar.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara