Prabowo: Tidak Ada Orang Yang Tak Bisa Diganti Termasuk Presiden, Kalau Saya Brengsek Bisa Diganti!

- Kamis, 28 Agustus 2025 | 19:50 WIB
Prabowo: Tidak Ada Orang Yang Tak Bisa Diganti Termasuk Presiden, Kalau Saya Brengsek Bisa Diganti!




POLHUKAM.ID - Suasana mendadak tegang saat Presiden Prabowo Subianto meluapkan amarahnya kepada para direksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dinilai bertingkah seperti raja kecil. 


Dengan nada tinggi dan tanpa tedeng aling-aling, Prabowo memperingatkan bahwa tidak ada seorang pun di negeri ini yang tidak bisa diganti, termasuk dirinya sendiri, apalagi seorang pimpinan perusahaan pelat merah.


Peringatan keras ini dilontarkan Prabowo di hadapan para kepala daerah dalam acara pembukaan Apkasi Otonomi Expo (AOE) 2025 di ICE, BSD, Tangerang, Kamis (28/8/2025).


Ia mengaku heran dengan perilaku sejumlah direksi BUMN yang seolah lupa bahwa perusahaan yang mereka pimpin adalah milik negara, bukan warisan keluarga.


"Di Indonesia ini, saya kasih tahu ya, there is no one that cannot be replaced. Tidak ada orang yang tidak bisa diganti, termasuk Presiden Republik Indonesia. 


Kalau saya nggak bener, kalau saya brengsek, saya bisa diganti. Nggak ada orang yang tidak bisa diganti. Bupati nggak beres, bupati bisa diganti. Ada itu direksi-direksi BUMN merasa kayak jadi raja aja, kayak perusahaannya punya neneknya sendiri," tegas Presiden Prabowo.


Tak hanya berhenti pada gertakan, Prabowo langsung mengambil langkah konkret di atas panggung. 


Ia secara terbuka memanggil Jaksa Agung ST Burhanuddin, yang turut hadir dalam acara tersebut, untuk tidak segan-segan mengusut dan memeriksa setiap direksi BUMN yang terindikasi melanggar aturan dan merugikan negara.


"Jaksa Agung, ada Jaksa Agung. Jaksa Agung banyak pekerjaan ini," ujar Presiden, memberikan sinyal jelas bahwa era main-main telah berakhir.


Prabowo juga menyoroti salah satu praktik yang menurutnya tidak masuk akal, yaitu pemberian bonus atau 'tantiem' kepada jajaran komisaris dan direksi, bahkan ketika perusahaan yang dipimpinnya merugi.


Istilah 'tantiem' yang berasal dari bahasa Belanda itu pun ia kritik karena tidak sederhana. 


Dengan tegas, ia menyatakan telah menghapus praktik tersebut.


"Kemarin saya hilangkan tantiem. Tantiem pun saya enggak jelas apa arti tantiem. Rupanya saya cek itu bahasa Belanda, bahasa Belanda, tantiem itu artinya bonus. Kenapa sih nggak pakai istilah sederhana, bonus gitu loh. 


Yang repot, perusahaan rugi dikasih bonus komisarisnya. Enak di lo, nggak enak di rakyat, no! coret! Yang nggak mau, alhamdulillah. You nggak mau, out! Get out! Banyak anak muda yang mau masuk (memimpin BUMN)," seru Prabowo.


Sikap tegas ini diambil seiring dengan langkah pemerintah mengonsolidasikan aset-aset negara yang sebelumnya tercecer. 


Melalui pembentukan Badan Penyelenggara Investasi (BPI) Danantara, yang merupakan sovereign wealth fund Indonesia, kini terkumpul aset raksasa yang menempatkan Indonesia di jajaran elite dunia.


"Seribu miliar dolar (AS) sovereign wealth fund kita, sekarang, mungkin ke-5 ya, ke-5 di dunia. Norway, China -- China itu sebetulnya punya tiga--, Abu Dhabi, baru kita. Tidak main-main, selama ini tercecer nggak jelas dan banyak yang tidak baik manajemennya," kata Prabowo.


Dengan aset sebesar itu, Prabowo menegaskan tidak akan ada toleransi lagi bagi manajemen BUMN yang boros, tidak efisien, dan menyimpang dari aturan.


Sumber: Suara

Komentar