POLHUKAM.ID - Pergantian pimpinan di tubuh Polri, khususnya jabatan Kapolri, selalu menjadi sorotan publik.
Belakangan ini, wacana pergantian Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo kembali mengemuka, terutama setelah insiden demonstrasi yang diwarnai kerusuhan.
Namun, pengamat intelijen Josef H. Wenas memberikan perspektif berbeda.
Menurutnya, kebutuhan akan pergantian Kapolri lebih didorong oleh alasan objektif dan kebutuhan internal organisasi, bukan karena kinerja buruk atau kaitannya dengan kerusuhan yang terjadi.
Josef Wenas menyoroti bahwa Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah menjabat sebagai Kapolri selama 4 tahun 7 bulan, menjadikannya Kapolri terlama di era reformasi.
Secara kinerja, Wenas mengakui bahwa Jenderal Sigit memiliki rekam jejak yang baik.
"Berbagai gonjang-ganjing, Sambo dan lain-lain berhasil ditangani dengan baiklah ya. Lalu kinerja Polri melalui presisinya juga oke," ujarnya dikutip dari Youtube Cokro TV.
Namun, di balik kinerja yang solid, ada fakta objektif yang menurut Wenas menjadi alasan utama kebutuhan rotasi, yaitu stagnasi di tingkat perwira tinggi, khususnya di jabatan bintang tiga (Komjen).
Jenderal Sigit yang merupakan Akpol angkatan 1991, melanjutkan kebijakan "loncat angkatan" yang sebelumnya juga terjadi di era Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Kebijakan ini, meski efektif dalam jangka pendek, menimbulkan penumpukan perwira senior di angkatan di atas Kapolri.
Artikel Terkait
Ijazah Jokowi Palsu? Survei Buktikan Mayoritas Masyarakat Justru Tidak Percaya
Gibran Dinilai Cerdas & Visioner, Survei Buktikan 71% Publik Puas!
Rizal Fadillah Sebut Jokowi Tak Hafal Salam UGM, Tuduh Ijazah Palsu: Stop Tipu-tipu!
Program MBG Prabowo-Gibran: Capaian Spektakuler di Tahun Pertama!