Otak di Balik 17+8 Tuntutan Rakyat: Siapa Sebenarnya Afutami Yang Viral di Medsos?

- Senin, 08 September 2025 | 13:20 WIB
Otak di Balik 17+8 Tuntutan Rakyat: Siapa Sebenarnya Afutami Yang Viral di Medsos?




POLHUKAM.ID - Di antara riuhnya teriakan massa dan asap gas air mata, ada satu sosok perempuan muda yang justru "bertarung" dengan cara yang berbeda.


Namanya Andhyta Firselly Utami, atau yang lebih akrab disapa Afutami


Dialah salah satu otak di balik lahirnya dokumen "17 8 Tuntutan Rakyat" yang viral itu.


Saat banyak orang turun ke jalan, Afutami dan timnya justru "turun" ke laptop, merumuskan poin-poin tuntutan yang tajam, terstruktur, dan berbasis data. 


Ia bahkan ikut mengantarkan langsung dokumen tersebut ke Gedung DPR.


Tapi, siapa sih sebenarnya Afutami? Kenapa perempuan lulusan Harvard ini memilih untuk berada di garda depan perjuangan rakyat? Yuk, kita kenalan lebih jauh.


Bukan Aktivis Jalanan Biasa, tapi 'Nerd' Kebijakan Publik


Kalau kamu bayangin Afutami adalah tipe aktivis yang teriak-teriak di mobil komando, kamu salah besar. 


Perempuan berusia 31 tahun ini adalah seorang ekonom lingkungan yang sehari-harinya bekerja di institusi internasional sekelas Bank Dunia, memberikan masukan langsung ke pemerintah soal isu iklim dan pembangunan berkelanjutan.


Pekerjaannya inilah yang membuatnya sangat kritis dan paham betul seluk-beluk kebijakan publik. Ia tidak asal teriak, tapi berbicara dengan data dan analisis yang kuat.


Jejak Pendidikannya Bukan Kaleng-kaleng


Kecerdasan dan kekritisannya tentu bukan datang dari langit. Jejak pendidikannya benar-benar mentereng:


S1 Hubungan Internasional di Universitas Indonesia (UI): Lulus dengan predikat cum laude sambil aktif di segudang organisasi, dari klub debat sampai BEM.


Beasiswa di Nanyang Technological University (NTU) Singapura: Menambah wawasan internasionalnya.


S2 Public Policy di Harvard Kennedy School: Salah satu sekolah kebijakan publik terbaik di dunia! Di sini, tesisnya soal Dana Desa bahkan dinominasikan sebagai yang terbaik.


Semua ini ia tempuh dengan beasiswa penuh dari Kementerian Keuangan. Jadi, otaknya memang sudah terbukti encer sejak dulu.


Mendirikan 'Sekolah' Kebijakan untuk Anak Muda


Afutami sadar betul kalau banyak anak muda yang sebenarnya peduli sama negara, tapi bingung dan malas kalau harus berurusan dengan bahasa kebijakan yang rumit dan membosankan. Karena itulah, pada 2019, ia mendirikan Think Policy.


Think Policy ini ibarat "sekolah" non-formal buat anak muda yang mau belajar soal kebijakan publik dengan cara yang asyik.


Lewat berbagai pelatihan, forum diskusi, dan konten media yang gampang dicerna, Afutami dan timnya mencoba menjembatani jurang antara pemerintah dan generasi muda.


Dari Esai Visual Sampai Buku Best-seller


Selain Think Policy, Afutami juga aktif "mengajar" lewat kanal Frame & Sentences. 


Di sana, ia mengubah isu-isu sosial, lingkungan, dan politik yang berat menjadi esai visual yang sederhana dan estetik.


Ia juga sudah menerbitkan sebuah buku berjudul "Menjadi: Seni Membangun Kesadaran tentang Diri dan Sekitar".


Buku ini mengajak kita untuk terus belajar dan berpikir kritis, bukan cuma untuk diri sendiri, tapi juga untuk bisa berkontribusi lebih baik bagi masyarakat.


Afutami adalah paket komplit. Cerdas, kritis, punya rekam jejak pendidikan dan karier yang luar biasa, tapi tetap memilih untuk "turun" dan berjuang bersama rakyat. Ia adalah bukti nyata bahwa "perlawanan" itu tidak melulu harus di jalanan.


Kadang, perlawanan paling efektif justru datang dari riset yang mendalam, argumen yang kuat, dan gagasan yang terstruktur. Salut!


Sumber: Suara

Komentar