Faktor krusial lainnya yang menjadi sorotan adalah kedekatan Budi Gunawan dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
Loyalitas Budi Gunawan yang dianggap bercabang antara kepentingan pemerintahan dan afiliasi politiknya dengan PDIP dinilai tidak sejalan dengan prinsip yang dipegang teguh oleh Prabowo.
"Loyalitas Budi Gunawan yang dianggap bercabang ini dinilai tidak sejalan dengan prinsip 'loyalitas tunggal' yang dipegang teguh oleh Presiden Prabowo," jelasnya.
Konsolidasi Kekuatan Prabowo
Untuk mengisi kekosongan sementara, Prabowo menunjuk Safri Syamsudin sebagai Menko Polhukam ad interim.
Penunjukan ini, kata Ginting, adalah cerminan dari upaya Prabowo untuk mengonsolidasikan kekuasaannya.
Safri dikenal sebagai sosok yang sangat loyal kepada Prabowo dan memiliki pengalaman dalam manajemen krisis.
Langkah ini menunjukkan keinginan Prabowo untuk memastikan pos-pos strategis diisi oleh orang-orang kepercayaannya yang sejalan dengan visi dan kebijakannya.
Dengan menyingkirkan figur yang memiliki kedekatan kuat dengan PDIP, Prabowo kini memiliki keleluasaan lebih untuk mengendalikan arah pemerintahan tanpa potensi intervensi dari kekuatan politik lain.
Lebih jauh, Ginting melihat ini sebagai bagian dari strategi besar Prabowo untuk "menggergaji" secara perlahan orang-orang titipan dari pemerintahan sebelumnya.
Nama-nama lain seperti Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian diprediksi berpotensi menjadi target selanjutnya dalam gelombang perombakan kabinet mendatang.
Semua langkah ini, simpul Ginting, adalah bagian dari upaya konsolidasi kekuasaan demi memastikan stabilitas pemerintahan Prabowo ke depan.
Sumber: Suara
Artikel Terkait
Ijazah Jokowi Palsu? Survei Buktikan Mayoritas Masyarakat Justru Tidak Percaya
Gibran Dinilai Cerdas & Visioner, Survei Buktikan 71% Publik Puas!
Rizal Fadillah Sebut Jokowi Tak Hafal Salam UGM, Tuduh Ijazah Palsu: Stop Tipu-tipu!
Program MBG Prabowo-Gibran: Capaian Spektakuler di Tahun Pertama!