"Baik bergabung secara langsung, maupun melalui anak buahnya. Ada juga satu orang presiden senior," ujarnya dilansir dari kanal YouTube Refly Harun, Kamis (16/6/2022).
Menurut Refly, hal itu menandakan bahwa nasib Indonesia hanya akan ditentukan oleh sembilan orang saja. "Bukan sembilan orang ketum partai di parlemen, tetapi sembilan orang di istana," ujarnya.
Jika sembilan orang di istana itu kompak mengusung satu pasangan calon presiden pada Pilpres 2024, demokrasi Indonesia bisa selesai.
"Yang terjadi nanti ialah satu pasangan calon disiapkan sebagai wakil oligarki," tuturnya.
Refly menilai oligarki tentu tetap akan memberikan "rasa" demokrasi dalam pilpres. Caranya yaitu dengan membiarkan satu pasangan calon lain untuk berkoalisi dengan partai politik oposisi.
"Namun, calonnya itu barang kalo sudah 'ditaker' bisa dikalahkan dengan mudah. Pasangan calon itu bisa juga jadi calon boneka," paparnya.
Lebih lanjut, Refly menilai bahwa kondisi tersebut merupakan dampak berbahaya dari presidential threshold. "Itulah bahayanya presidential threshold. Reshuffle hanya memperkuat oligarki," tuturnya.
Sumber: genpi.co
Artikel Terkait
Gibran Tak Salami AHY Diduga Imbas Isu Pemakzulan yang Disinyalir dari Partai Biru
Upacara 17 Agustus di Istana Diprediksi Penuh Drama Politik, Jokowi Bakal Absen?
Bukan Hanya AHY, Begini Tatapan Tajam Bahlil Saat Tak Disalami Gibran
Insiden Gibran Tak Salami Menteri Bukti Relasi di Kabinet Tidak Kuat