Ketiga, menurut Ibas harga pupuk relatif mahal. “Harga relatif mahal. Ya ini hukum pasar, supply dan demand. Katakanlah pupuk urea 50 kg 120 ribu, pupuk non-subsidinya 350 ribu, itu disparitasnya (perbedaannya) terlalu tinggi. Bagaimana kita memberikan edukasi kepada pasar supaya ada titik terang juga di sana?, lebih lagi ada rencana mengurangi jenis pupuk subsidi dari 5 jenis menjadi hanya 2 jenis yaitu NPK & Urea saja yg tersubsidi”.
Ibas juga menyoroti perihal kesiapan bahan baku pupuk. “Ini adalah ‘x-factor’, perang Rusia-Ukraina mengenai P dan K-nya ini. Apakah kita tidak punya semacam ‘deep research’ pemantauan dari negara lain, selain Kanada misalkan? Negara yang punya peluang untuk kerja sama mendatangkan bahan baku, supaya kita tidak terlalu terpengaruh atas dampak yang terjadi ke depan, ya kita bisa memprediksi dan mengantisipasi jangka panjang kan.”
Selain itu, penting pula kita memperhatikan distribusi bahan baku pupuk. “Apakah ada permasalahan terkait distribusi bahan baku, selain yang kita impor. Apakah faktor gasnya kah, listriknya kah, atau batu baranya kalau itu adalah penggerak mesin produksi. Jangan sampai menimbulkan permasalahan baru yang tidak kita inginkan,” sambung Ibas.
Menurutnya, lebih lanjut kualitas pupuk pun sangatlah penting untuk diperhatikan. “Apakah tidak ada batas atas dan batas bawah? Kita juga ingin memastikan mutu atau kualitasnya ya Pak; termasuk komposisi sesuai daerah. Karena mutu pertanian, perkebunan, dan hasil ekspor dari perkebunan kita salah satu dasarnya adalah dari pupuk. Sehingga ‘Quality, Supply dan Demand’ juga harus terus diperhatikan.”
Melanjutkan pandangannya, Ibas berharap adanya evaluasi dan perbaikan terkait stok dan kios pupuk “Nah sisa stoknya mau dikemanakan? Apakah kita habiskan menjadi pupuk bersubsidi? Atau kita jual ke komersil dan kita limpahkan kepada kios-kios yang berlaku di sana. Saya berharap 1000 kios itu lebih bertambah dan tersebar. Idealnya kalau ada satu atau lebih kios perdapil itu juga bisa menjawab permasalahan yang ada,” tambahnya.
Terakhir Wakil Ketua Banggar DPR RI ini juga mempertanyakan bagaimana pengawasan, monitoring, ‘quick response’, ‘quick wins’, serta saran darinya atas permasalahan pupuk saat ini.
“Saran saya sebagai quick win dan quick response dari Holding Pupuk Indonesia, tolong Pak disiapkan LO (naradamping) atau pihak yang ikut mengawasi perzona. Sehingga permasalahan ini bisa langsung didengar, terjawab, dan cepat terselesaikan. Kami juga mau ‘contact person’nya sehingga nanti kalau ada permasalahan di dapil kami bisa langsung ditangani dengan secepatnya,” pungkas Ibas.
Sumber: m.republika.co.id
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara