“Bu Mega mengutamakan populisme dalam kebijakan pemerintahan beliau, Pak SBY kembali memberikan stabilitas ekonomi dan politik dan memberikan contoh bagaimana jenderal TNI bisa ikut kontestasi demokrasi, Pak Jokowi ini memulai take off industrialisasi,” sambungnya.
Yenny menambahkan, pemimpin selanjutnya harus meneruskan program-program dari presiden sebelumnya. Di mana salah satu tantangan presiden ke depan adalah mengenai geopolitik, terkait adanya ketegangan di wilayah yang dekat dengan Indonesia.
“Pemimpin yang akan memimpin Indonesia ke depan harus mengerti geopolitik, orang yang punya strategic thinking,” imbuhnya.
Nah, Yenny menyebut sosok Prabowo memiliki hal tersebut, yang membuatnya pantas untuk meneruskan kepemimpinan sebelumnya.
“Saya rasa orang seperti Pak Prabowo ini punya kemampuan seperti itu. Maka wajib bagi saya, sebagai representasi kelompok Gus Dur, untuk berkomunikasi intens dengan Mas Bowo untuk mendengarkan kebijakan-kebijakan beliau dan memberikan aspirasi kita tentang bentuk negara ke depan harus seperti apa,” tuturnya.
Menurut Yenny, Prabowo adalah capres prioritas teratas untuk didukung karena sudah ada kesamaan visi.
Atas dasar itu ia menyatakan bakal mempertimbangkan dukungannya dan lebih dulu akan berziarah ke makam sang ayah. Sebab, dalam setiap pengambilan keputusan, Yenny terbiasa mematangkannya lebih dahulu.
“Saya lama kalau buat keputusan, tapi sekali buat keputusan saya setia,” demikian Yenny.
Sumber: RMOL
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara