"Saya membayangkan bahwa kalau kita bisa mengintegrasikan tadi, lompatan itu akan terjadi dari negara yang kategorinya negara berkembang, masuk ke negara maju," katanya.
Menurut dia, kesempatan melompat dari negara berkembang menjadi negara maju tersebut ada dalam 3 kepemimpinan nasional ke depan. Hal itu juga menurut Jokowi yang sering disampaikan oleh Bank Dunia, IMF, dan OECD.
"Saya suruh ngitung lagi Bappenas, kesempatan itu ada, peluang itu ada, opportunity itu ada, tapi tantangannya juga tidak gampang, tantangannya juga tidak ringan. Butuh konsistensi, butuh keberlanjutan," ujarnya.
Menurut dia, di Indonesia selama ini kebijakan selalu berubah setiap ada pergantian kepemimpinan nasional. Hal tersebut membuat program kerap kembali dikerjakan dari nol.
"Dari yang saya pelajari dari kepemimpinan-kepemimpinan kita, selalu sudah sampai SMP, ganti pemimpin balik lagi ke TK, balik lagi ke SD lagi. Sehingga selalu dimulai dari nol. Kayak kita beli bensin di pompa bensin. pak dari nol pak. pak sudah nol pak. Apa kita mau seperti itu terus? Gak bisa," ujarnya.
Sumber: kumparan
Artikel Terkait
Serakahnomics: Ancaman Penjajahan Gaya Baru yang Wajib Kita Tolak Bersama!
Gaji DPR Dibayar Seumur Hidup! Prof Faisal Santiago Sebut Ini Bentuk Ketidakadilan
Jokowi Didesak Tak Ganti Kapolri, Benarkah Upaya Giring Opini Publik untuk Prabowo?
Menkeu Purbaya Dibilang Takut ke Misbakhun, Benarkah Ada yang Ditutup-tutupi?