Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI ini melanjutkan dengan menggambarkan keuntungan yang dinikmati oleh industri smelter hingga saat ini.
Harga bijih ore yang murah, tax holiday, kemudahan mendatangkan peralatan dan mesin, tenaga kerja asing (TKA), sumber energi yang tidak ramah lingkungan, dan produk nikel dengan nilai tambah rendah menjadi sorotannya.
Namun, Mulyanto mengingatkan bahwa keuntungan tersebut belum tentu bermanfaat secara optimal bagi negara.
Sebagian besar hasil ekspor industri smelter masuk kembali ke negara asal investor, meninggalkan pertanyaan besar terkait penerimaan negara Indonesia.
Mulyanto juga menyampaikan keprihatinannya terkait cadangan nikel Indonesia yang semakin menipis, diperkirakan tinggal di bawah 10 tahun operasi.
Kasus di Blok Mandiono yang mengakibatkan pelarangan penambangan nikel di blok tersebut telah mendorong beberapa industri smelter untuk melakukan impor bijih nikel.
"Ke depan, yang perlu kita percepat adalah industrialisasi mineral dengan nilai tambah dan efek multiflier yang tinggi. Bukan hanya sekadar hilirisasi setengah hati dengan produk setengah jadi dan nilai tambah rendah," tukasnya.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: pojokbaca.id
Artikel Terkait
Geger! Pengamat Ungkap Skenario Kekalahan Prabowo-Gibran di 2029, Ini Pemicunya
Prabowo Diperingatkan: Bahaya Laten Budi Arie Setiadi Masuk Gerindra, Mata-Mata atau Bumerang?
Kotak Pandora Purbaya Yudhi Sadewa: Fakta Mengejutkan di Balik Klaim Utang Jokowi!
Jokowi Bongkar Fakta Rumah Pensiun Colomadu: Bukan untuk Tinggal, Ternyata untuk Ini!