3. Jika tuntutan ini tidak dipenuhi, massa mengancam akan menggelar Pengadilan Rakyat sebagai bentuk tekanan terhadap pihak terkait.
4. Pihak yang mendukung aksi ini menegaskan bahwa tujuan mereka adalah mencari kejelasan dan memastikan bahwa UGM sebagai institusi akademik tetap menjaga kredibilitasnya.
Mereka menilai bahwa ketidakpedulian UGM dalam menjawab polemik ini dapat merusak reputasi universitas di mata publik.
Aida Greenbury Kasih Noted Soal Ijazah Sarjana Kehutanan UGM Jokowi
Aida Greenbury, seorang profesional di industri kehutanan dan keberlanjutan mengomentari kejanggalan dalam penulisan nama pembimbing utama skripsi Joko Widodo saat ia menempuh pendidikan di Fakultas Kehutanan di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Melalui akun media sosialnya, dengan nickname AidaGreenbury pada platform media sosial X (Twitter) Aida menyoroti bahwa nama Prof. Ahmad Soemitro yang tertera pada skripsi Jokowi seharusnya ditulis dengan ejaan "Su" sesuai kaidah yang benar, bukan dengan ejaan lama "Soe".
Aida diketahui adalah putri dari Prof. Achmad Sumitro, yang pada tahun 1986 dikukuhkan sebagai Dekan di fakultas Kehutanan UGM.
Hal ini memunculkan pertanyaan karena Jokowi mengklaim telah lulus pada tahun 1985, sebelum Prof. Sumitro menjabat sebagai dekan.
Menurut Aida, ada ketidaksesuaian dalam narasi resmi mengenai riwayat akademik Jokowi, yang selama ini dikonfirmasi oleh pihak UGM dan individu yang disebut sebagai rekan seangkatannya.
Komentar Aida yang juga merupakan lulusan UGM memicu perdebatan lebih lanjut mengenai transparansi akademik di UGM dan keabsahan klaim pendidikan Jokowi.
Aida Greenbury dikenal sebagai sosok yang vokal dalam advokasi keberlanjutan di sektor kehutanan dan kelapa sawit.
Ia pernah menjabat sebagai Managing Director of Sustainability di Asia Pulp & Paper (APP).
Usai meninggalkan perusahaan tersebut, Aida terus aktif sebagai penasihat bagi berbagai organisasi lingkungan, bisnis, dan pemerintah.
Dengan latar belakangnya di sektor keberlanjutan, Aida memiliki rekam jejak dalam mengkritisi praktik industri yang tidak bertanggung jawab serta mendorong transparansi dalam pengelolaan sumber daya alam.
Sumber: Sawitku
Artikel Terkait
Puan Maharani Bongkar Masalah Utang Whoosh: DPR Akan Usut Tuntas!
Prof Henri Balik Badan Bongkar Rekayasa Gibran Cawapres: Saya Kecewa dengan Jokowi!
Misteri Dewa Luhut di Balik Proyek Whoosh: Rahasia yang Baru Terungkap
Fakta Mengejutkan di Balik Proyek Whoosh: Dugaan Markup Rp 60 Triliun dan Potensi Kerugian Negara