Banyak Menteri Gagal Paham Arah, Prabowo Didorong Reshuffle Kabinet Secara Radikal!

- Sabtu, 19 April 2025 | 14:20 WIB
Banyak Menteri Gagal Paham Arah, Prabowo Didorong Reshuffle Kabinet Secara Radikal!

POLHUKAM.ID - Pengamat politik Rocky Gerung menilai bahwa momen enam bulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang jatuh pada 20 April 2025 merupakan saat yang tepat untuk melakukan evaluasi serius terhadap kinerja kabinet.


Menurutnya, periode 100 hari pertama sudah terlewati dan kini saatnya publik menilai apakah ada harapan nyata dari arah pemerintahan yang baru.


"Ini bukan evaluasi yang dini. Justru setelah lewat dari 100 hari dan menuju 200 hari, publik punya hak untuk melihat sejauh mana pemerintahan Prabowo menunjukkan arah yang tegas," kata Rocky dikutip dari channel Youtubenya, Sabtu 19 April 2025.


Rocky menyebut bahwa secara pribadi, Presiden Prabowo memiliki arah kebijakan yang jelas, yakni membangun paradigma pemerintahan yang lebih sosialistis dan berpihak pada rakyat kecil, sesuai amanat penderitaan rakyat yang juga pernah diusung oleh Bung Karno.


Namun, ia menilai bahwa arah tersebut belum dapat diterjemahkan secara teknis oleh para menteri di kabinetnya.


Menurut Rocky, salah satu masalah utama yang dihadapi Prabowo adalah keberadaan para "broker politik" dalam kabinet yang berasal dari konsolidasi berbagai partai politik pendukung.


"Isi kabinet saat ini adalah kumpulan para broker atau pencari rente. Mesin partai yang ada di kabinet justru mengaburkan ide besar Presiden," tegasnya.


Ia menambahkan bahwa karakter kabinet yang sarat kepentingan partai menyebabkan ideologi keadilan sosial yang diusung Prabowo tidak mampu diwujudkan secara nyata.


Hal ini menurutnya memicu keraguan publik terhadap arah pemerintahan yang sebenarnya ingin dituju Presiden.


Rocky juga menyoroti perbedaan fundamental antara paradigma Prabowo dan pendahulunya, Joko Widodo.


Jika Jokowi dikenal dengan pembangunan berorientasi mercusuar dan kedekatannya dengan oligarki, Prabowo dinilai lebih populis dan pro-rakyat.


"Paradigma Jokowi mercusuar, Prabowo lebih populis. Jokowi pro oligarki, Prabowo pro rakyat. Ini jelas berbeda secara ideologis," ujarnya.

Halaman:

Komentar

Terpopuler