OLEH: ADIAN RADIATUS
KEWIBAWAAN Megawati Soekarnoputri dan PDIP-nya sedang mendapat ujian 'rongrongan' setelah serangkaian manuver politik yang tak lazim ditampilkan lewat peluang jalur kontestasi Pemilu, khususnya Pilpres 2024.
Tak lazim. Karena dilakukan oleh sosok yang selama ini disebut sebagai petugas partai dengan posisi tak tanggung-tanggung, yaitu Presiden sekaligus Kepala Negara bernama Joko Widodo alias Jokowi.
Jokowi sejak pertengahan tahun lalu sudah menjadi semacam "produser" untuk drama politik berjudul 'tiga periode'. Sedangkan "sutradara"-nya adalah Luhut Binsar Pandjaitan beserta tim di belakang dan kaum oportunis tentunya. Rintangan dan penentangan yang cukup dahsyat akhirnya mengkandaskan skenario inkonstitusional itu.
Dengan tingkat percaya diri yang tinggi, di mana tentunya bersumber dari orang lingkaran dalam dan 'setengah' dalam pula, gaung memperpanjang masa jabatan pun menghembus ke sana sini dengan hasil sama. Ditolak mentah-mentah. PDIP termasuk yang lantang menolak kedua wacana itu. Karena merusak demokrasi dan inkonstitusional.
Secara skor jelas Jokowi kalah kosong-dua. Tentu saja nuansa kharisma kepemimpinan Jokowi dapat anjlok secara moril. Bila tak segera dinetralisir, maka dunia ekonomi yang melibatkan investor serta stakeholder pendukung lambat laun akan 'mendingin' dan bisa saja 'membeku' sebelum periode kekuasaannya resmi berakhir.
Maka tidaklah heran kekalahan itu membawa berbagai luka batin Jokowi. Kegeraman perasaan seorang Jokowi mungkin saja berimbas ke lingkungan keluarganya.
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid