Guna mencapai target global untuk mengurangi emisi, efisiensi sumber daya dan ekonomi berkelanjutan, Indonesia mendorong negara-negara G7 untuk memberikan contoh, dan memimpin dalam bekerja bersama untuk mengatasi perubahan iklim dan mengelola lingkungan secara berkelanjutan dengan tindakan nyata.
"G7 harus menjadi katalisator untuk pemulihan hijau dan masa depan yang berkelanjutan, sambil memastikan kepatuhan terhadap konvensi dan kesepakatan berdasarkan aturan serta memastikan bahwa tidak ada yang tertinggal," jelas Menteri Siti.
Mengacu pada Glasgow Climate Pact, Indonesia menegaskan kembali pentingnya penyediaan dukungan keuangan sebesar 100 miliar dolar Amerika per tahun, karena komitmen dukungan keuangan tidak cukup disampaikan oleh pihak-pihak negara maju.
Indonesia juga mendesak badan keuangan UNFCCC, bank pembangunan multilateral, dan lembaga keuangan lainnya untuk meningkatkan investasi dalam pembangunan hijau dan menyediakan sumber pendanaan yang lebih mudah diakses oleh pihak-pihak negara berkembang.
Menteri KLHK meminta kepada negara-negara maju anggota G7 untuk menjadi contoh pemenuhan NDC. Dirinya juga meminta G7 melakukan encourage untuk pemenuhan dokumen NDC oleh negara pihak dan mendorong kemudahan prosedur-prosedur kerja aksi perubahan iklim antara lain dalam prosedur komunikasi.
"Pemenuhan kesenjangan keuangan oleh mitra negara maju memang merupakan game changer menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi negara-negara berkembang," pungkas Menteri Siti.
Sumber: genpi.co
Artikel Terkait
Anwar Usman Bisa Saja Menyesal Karir Hancur Gegara Gibran
VIRAL Beredar Foto MABA Fakultas Kehutanan UGM 1980, Tak Ada Potret Jokowi?
Gibran dan Dua Rekannya Ditangkap Polisi terkait Dugaan Penggelapan Duit Rp 15 Miliar
Kejagung Sita Rupiah-Mata Uang Asing Riza Chalid