Keluarga Nelayan yang Meninggal di KM Sri Mariana Minta Pertanggungjawaban Perusahaan

- Kamis, 18 Januari 2024 | 20:01 WIB
Keluarga Nelayan yang Meninggal di KM Sri Mariana Minta Pertanggungjawaban Perusahaan

Kontak terakhir dengan anaknya yang ikut melaut bersama ayahnya terjadi pada 28 Desember 2023, tepatnya sepekan setelah kematian suaminya. Rahayu menyebut bahwa awalnya anaknya tidak mengatakan bahwa ayahnya meninggal di kapal.

Baca Juga: Aksi Donor Darah Rutin: Siswa SMAN 1 Subah Peduli Terhadap Kebutuhan Darah Rumah Sakit

"Mungkin anaknya takut karena pamitnya mau pulang ke rumah saja, namun setelah saya desak akhirnya mengaku," ujar Rahayu.

Pelabuhan Sibolga menjadi tempat berangkat kapal KM Sri Mariana, yang membawa Junaidi dan anaknya bersama 30-an warga Batang, Pekalongan, dan Tegal pada Senin 16 Oktober 2023. Kemudian kapal tersebut berlayar menuju Samudera Hindia pada Selasa 12 Desember 2023.

Rahayu menjelaskan bahwa suami dan anaknya berencana melaut bersama KM Sri Mariana selama 10 bulan dengan upah sebesar Rp 16 juta sebagai ABK kapal cakalang.

Namun, hanya sepuluh hari setelah perjalanan, suaminya meninggal dunia. Anaknya meminta kapal untuk putar balik pulang ke Pelabuhan Sibolga.

Baca Juga: Ganjar Ngopi Santai Bareng Supir Truk di Terminal Bus Kota Limpung, Bahas Pungli, Keselamatan Mengendara Hingga ODOL

Artikel ini telah lebih dulu tayang di: ayobatang.com

Halaman:

Komentar

Terpopuler