HEBOH Demo Block Everything Guncang Prancis, Juga Terinspirasi Indonesia?

- Kamis, 11 September 2025 | 16:10 WIB
HEBOH Demo Block Everything Guncang Prancis, Juga Terinspirasi Indonesia?

Salah satu dari mereka membawa plakat berbendera Triwarna dan slogan "Republik Elite Kaya".


"Kami datang untuk bersuara," kata Emma Meguerditchian (17), pelajar Sorbonne


"Kami ingin mereka tahu bahwa kami tidak tahan lagi, kami menginginkan pemerintahan jenis lain."


Di wilayah barat, para pengunjuk rasa di Nantes memblokir jalan raya dengan membakar ban dan tempat sampah. 


Polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan orang-orang yang mencoba menduduki bundaran. Di Rennes, sebuah bus dibakar.


Di Montpellier, di selatan, polisi menembakkan gas air mata ke arah pengunjuk rasa yang telah mendirikan barikade untuk memblokir lalu lintas di bundaran. 


Sebuah spanduk besar di lokasi tersebut bertuliskan: "Macron mengundurkan diri".


Polisi Paris menembakkan gas air mata ke arah para pemuda yang menghalangi pintu masuk sebuah sekolah menengah atas dan petugas pemadam kebakaran membersihkan sepeda dan tong sampah yang terbakar dari berbagai barikade.


Bentrokan terjadi di sela-sela protes di dekat pusat perbelanjaan Chatelet di pusat ibu kota dan petugas pemadam kebakaran memadamkan kebakaran yang terjadi di sebuah gedung di dekatnya.


Gerakan "Block Everything" telah dibandingkan dengan pemberontakan "Rompi Kuning" yang pecah pada tahun 2018-2019 akibat pajak dan biaya hidup yang memaksa Macron untuk membuat konsesi kebijakan yang menghabiskan biaya miliaran euro.


Namun, sosiolog Antoine Bristielle dari lembaga riset Jean Jaures Foundation mencatat adanya kesenjangan generasi di antara keduanya.


"Dalam gerakan 'Rompi Kuning', Prancis kita berada dalam kondisi yang rentan dan berjuang memenuhi kebutuhan hidup, banyak pekerja, banyak pensiunan. Sementara di sini, dari segi usia, banyak anak muda," kata Bristielle.


"Mereka memiliki visi tertentu tentang dunia di mana terdapat lebih banyak keadilan sosial, lebih sedikit ketimpangan, dan sistem politik yang berfungsi secara berbeda, lebih baik," ujarnya.


"Anak muda adalah masa depan, generasi tua meninggalkan kita dengan dunia yang buruk, pemerintahan yang buruk. Kitalah yang harus berjuang untuk mengubahnya dan menari di atas puing-puing dunia lama," kata Alice Morin (21), seorang mahasiswa.



Sumber: SindoNews

Halaman:

Komentar

Terpopuler