Namun, angkutan umum dan pembangkit listrik, bagaimanapun, akan diprioritaskan. Wijesekera pun mengimbau pengendara untuk tidak mengantre bahan bakar.
Saat Wickremesinghe memberi pengumuman itu, ratusan ribu pengendara telah menghabiskan waktu berjam-jam menunggu bensin dan solar di seluruh negeri.
Pekan lalu, pemerintah menutup lembaga-lembaga negara yang tidak penting bersama dengan sekolah selama dua minggu. Upaya ini pun diambil demi mengurangi perjalanan karena krisis energi.
Beberapa rumah sakit di seluruh negeri melaporkan penurunan tajam dalam kehadiran staf medis karena kekurangan bahan bakar.
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe pada Rabu (22/6/2022) memperingatkan parlemen bahwa negaranya, yang berpenduduk 22 juta jiwa, akan terus menghadapi kesulitan selama beberapa bulan lagi. Wickremesinghe juga telah mendesak warga untuk menggunakan bahan bakar dengan hemat hingga meminta pekerja pemerintah untuk bertani.
"Ekonomi kita telah menghadapi kehancuran total."
"Sekarang, kita menghadapi situasi yang jauh lebih serius dari hanya sekadar kekurangan bahan bakar, gas, listrik, dan makanan," kata Wickremesinghe, seperti dikutip dari AFP.
Sri Lanka tercatat tidak mampu membayar kembali utang luar negerinya yang sebesar USD 51 miliar (Rp756,3 triliun). Pemerintah negara itu telah menyatakan gagal bayar pada bulan April dan sedang bernegosiasi dengan Dana Moneter Internasional untuk kemungkinan bailout.
Sumber: akurat.co
Artikel Terkait
Kode HTML Kosong? Ini Rahasia Menulis Artikel yang Tak Terbaca Mesin Pencari!
Stadion Langit NEOM: Fakta Mencengangkan di Balik Stadion Gantung 350 Meter untuk Piala Dunia 2034
46 Anak Gaza Tewas dalam 12 Jam: Ini Serangan Mematikan Israel Sejak Gencatan Senjata
45 Tewas dalam Serangan Terbaru Israel ke Gaza, Korban Didominasi Perempuan dan Anak-anak