Mantan PM Israel Sebut Netanyahu Stres Setelah Sadar Salah Langkah

- Jumat, 10 November 2023 | 00:30 WIB
Mantan PM Israel Sebut Netanyahu Stres Setelah Sadar Salah Langkah

POLHUKAM.ID - Mantan Perdana Menteri Israel Ehud Olmert menilai penerusnya, Benjamin Netanyahu, tengah dalam kondisi 'hancur secara emosional' karena kegagalannya mempertahankan keamanan nasional imbas serangan milisi Hamas Palestina pada 7 Oktober lalu.


Olmert juga menganggap Netanyahu telah salah perhitungan menanggapi serangan Hamas dan soal ambisinya menguasai seluruh kontrol atas keamanan di Jalur Gaza, Palestina. Olmert bahkan mengeklaim Netanyahu sedang stress berat karena tekanan publik dan oposisi untuk mundur dari jabatan PM karena kegagalan mencegah serangan Hamas.


"Ia (Netanyahu) telah ciut nyali. Dia telah hancur secara emosional, itu sudah pasti," kata Olmert dalam sebuah wawancara dengan Politico.


"Bibi (sapaan akrab Netanyahu) telah bekerja sepanjang hidupnya dengan mempercayai alasan palsu bahwa dia adalah Mr. Security. Dia Mr. Bullshit," lanjut Olmert.


"Setiap menit dia berperan sebagai perdana menteri, setiap menit pula dia membahayakan Israel. Saya serius. Saya yakin AS mengerti bahwa dia (Netanyahu) dalam kondisi yang buruk," ia menambahkan.


Olmert mewanti-wanti Israel soal kesabaran sekutu negara Barat yang semakin menipis karena kegagalan Netanyahu dan para menterinya menguraikan rencana realistis bagi pemerintahan di Gaza jika tanpa Hamas.


"Ada banyak hal yang bisa kita lakukan, tapi kita tidak bisa melakukan semua yang kita inginkan," imbuhnya.


Olmert juga memperingatkan keputusan Netanyahu untuk menguasai Jalur Gaza pascaperang dengan Hamas ini seperti langkah mundur yang diambil Israel pada 2005. Saat itu, Israel melancarkan operasi penggusuran dan pelepasan permukiman di Jalur Gaza hingga memicu perang sipil di Palestina antara Hamas-Fatah.


Dua tahun setelahnya, Hamas menduduki Jalur Gaza dan mengklaim berkuasa atas wilayah Palestina tersebut.


"Bukan kepentingan Israel mengontrol keamanan Gaza. Adalah kepentingan kami untuk dapat mempertahankan diri dengan cara berbeda dibandingkan sebelum serangan (Hamas) 7 Oktober. Tapi untuk menguasai Gaza lagi? TIDAK," ucap perdana menteri yang berkuasa pada 2006-2009 itu.

Halaman:

Komentar