Blak-Blakan! Jusuf Hamka Bongkar Dalang Peristiwa Mei 1998, Sebut Masih Hidup dan Dapat Jabatan dari Prabowo, Siapa?

- Kamis, 03 Juli 2025 | 00:40 WIB
Blak-Blakan! Jusuf Hamka Bongkar Dalang Peristiwa Mei 1998, Sebut Masih Hidup dan Dapat Jabatan dari Prabowo, Siapa?




POLHUKAM.ID - Pengusaha jalan tol sekaligus tokoh filantropi, Jusuf Hamka, kembali menjadi perbincangan publik.


Sosok yang dikenal banyak membangun masjid ini tiba-tiba membuat pengakuan mengejutkan soal dalang di balik kerusuhan Mei 1998, salah satu episode kelam dalam sejarah Indonesia.


Pengakuan tersebut disampaikannya saat menjadi tamu dalam podcast Uya Kuya, yang tayang baru-baru ini.


Potongan perbincangan mereka pun dengan cepat viral dan menyedot perhatian warganet karena menyentuh isu sensitif yang masih membekas di benak masyarakat.


“Pak Yusuf tahu nggak dalangnya, terlepas mau bicara atau tidak?” tanya Uya membuka obrolan.


Dengan raut tenang, Jusuf Hamka menjawab penuh keyakinan, Saya tahu. 95 persen saya tahu kira-kira orangnya.”


Pernyataan tersebut langsung memicu rasa penasaran dari Uya Kuya. 


Bahkan komedian sekaligus anggota DPR itu terus menggali informasi lebih jauh terkait sosok yang dimaksud.


“Dalangnya masih hidup sampai sekarang?” tanya Uya lagi.


“Yang master mind-nya masih hidup,” jawab Jusuf Hamka tanpa ragu.


Lebih jauh, Jusuf Hamka juga menekankan bahwa dalam peristiwa Mei 1998, banyak fitnah yang sengaja disebarkan untuk menggiring opini publik.


Ia menolak anggapan bahwa Orde Baru sepenuhnya harus disalahkan atas kekacauan tersebut.


“Saya harus ceritakan, jangan kita memfitnah Orde Baru yang buat ini. Tidak. Kalau yang menjatuhkan Orde Baru itu mahasiswa, itu betul. Tapi setelah itu ditunggangi dan disusupi,” ujarnya.


Ia menyebut bahwa banyak tokoh juga menjadi korban fitnah pada saat itu, termasuk keluarga Presiden Soeharto hingga Prabowo Subianto.


“Kemudian difitnahlah berbagai macam pihak, seperti keluarganya Pak Harto difitnah, Pak Prabowo ini fitnah semua,” tambahnya.


Jusuf juga menyoroti kejanggalan lain yang ia temui saat kerusuhan meletus pada 13 dan 14 Mei 1998. 


Ia mempertanyakan mengapa pasukan militer tidak segera turun tangan, padahal situasi saat itu sangat genting.


“Maaf, saya tidak bela siapa-siapa, tapi saya tahu terjadi hal itu. Kenapa waktu 13 Mei kerusuhan, 14 Mei panglima masih pergi ke Brigif Satu di Malang? Panglima tidak mengerahkan pasukan,” tutur Jusuf Hamka.


Ia menyebut bahwa Prabowo saat itu tidak memiliki kekuatan karena sudah dilucuti, dan bukan hanya pasukannya, tapi semua tentara tidak diberi izin untuk keluar dari barak.


“Kemudian dilemparkanlah seolah Prabowo yang buat. Prabowo sudah dilucuti. Semua tentara, bukan hanya tentara Prabowo, semua pasukan tidak boleh keluar dari barak,” jelas Jusuf.


Informasi ini ia dapatkan dari seorang tokoh militer yang saat itu berpangkat Mayor, yakni alm. Donny Munardo.


“Yang menceritakan semua almarhum Donny Munardo. Waktu itu dia masih mayor,” katanya.


Uya yang mendengar penjelasan tersebut langsung menanyakan siapa pihak yang memberi perintah agar tentara tidak dikerahkan saat kondisi ibu kota memburuk.


“Siapa yang memerintahkan saat itu?” tanya Uya penasaran.


Namun Jusuf memilih tidak menyebut nama secara langsung.


“Yang perintah adalah orang yang di atas Prabowo. Ya tentunya yang mempunyai pangkat lebih tinggi,” ujarnya diplomatis.


Ia pun menyindir keputusan pejabat tinggi tersebut yang justru memilih meninggalkan ibu kota saat negara dalam kondisi genting.


“Masa ada kerusuhan tentara tidak boleh mengamankan, tidak boleh keluar, kemudian yang bersangkutan pergi ke luar kota,” katanya.


Menariknya, Jusuf menyebut bahwa nama yang diduga menjadi otak dari tragedi tersebut masih hidup dan bahkan kini berada di dalam lingkaran kekuasaan.


“Kalau mau tahu siapa, mungkin harus baca statementnya Pak Kivlan Zein,” ujar Jusuf memberi petunjuk.


“Alhamdulillah masih di pemerintahan sekarang. Hebatnya Pak Prabowo itu, dia entertain semua master mind orang-orangnya ini,” tutupnya.


Pernyataan Jusuf Hamka ini tentu mengundang banyak reaksi publik, mengingat isu Mei 1998 masih menyisakan luka dan misteri yang belum sepenuhnya terungkap hingga kini.


👇👇


[VIDEO]



Sumber: Suara

Komentar