Ray Rangkuti juga menyoroti melemahnya fungsi oposisi sebagai salah satu pemicu krisis. Ia berpendapat bahwa ketika hampir semua kekuatan politik berada di lingkar kekuasaan, masyarakat kehilangan saluran aspirasi yang seharusnya berperan sebagai penyeimbang. Kondisi ini, menurutnya, mendorong rakyat untuk mengekspresikan kekecewaannya secara langsung, bahkan dengan cara yang anarkis.
Kejadian ini dinilainya sebagai indikator serius kegagalan dalam mengelola demokrasi pada satu tahun kepemimpinan Prabowo-Gibran, sekaligus pengingat akan bahaya pemerintahan yang sentralistik dan tertutup terhadap kritik.
Sumber: Suara.com
Artikel Terkait
Polisi Gerebek Pesta Gay di Surabaya, Ini Kronologi Lengkap yang Berawal dari Laporan Warga
Bocoran Dokumen hingga Pengacara! 4 Kesamaan Mengejutkan Proses Perceraian Andre Taulany dan Baim Wong
Sengkarut Utang Whoosh: Alasan Jokowi Tegaskan KCJB Bukan untuk Cari Untung
Satu Kembali, Sisanya Hilang: Daftar Lengkap Perhiasan yang Dicuri dari Louvre Paris