Ray Rangkuti juga menyoroti melemahnya fungsi oposisi sebagai salah satu pemicu krisis. Ia berpendapat bahwa ketika hampir semua kekuatan politik berada di lingkar kekuasaan, masyarakat kehilangan saluran aspirasi yang seharusnya berperan sebagai penyeimbang. Kondisi ini, menurutnya, mendorong rakyat untuk mengekspresikan kekecewaannya secara langsung, bahkan dengan cara yang anarkis.
Kejadian ini dinilainya sebagai indikator serius kegagalan dalam mengelola demokrasi pada satu tahun kepemimpinan Prabowo-Gibran, sekaligus pengingat akan bahaya pemerintahan yang sentralistik dan tertutup terhadap kritik.
Sumber: Suara.com
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur