“Udah jelas Projo itu pro Jokowi. Kalau Projo enggak pro Jokowi, bukan Projo berarti,” ujar Budi Arie dalam pernyataannya tujuh tahun lalu yang kini menjadi bukti tak terbantahkan.
Reaksi Warganet dan Kritik di Media Sosial
Kontradiksi pernyataan Budi Arie ini langsung memantik gelombang kritik dan sindiran tajam di media sosial. Banyak warganet menilai Budi Arie sedang berusaha memoles ulang narasi lama demi menyesuaikan arah politik baru di bawah pemerintahan Prabowo Subianto.
Akun Instagram @kementerian_kurangajar yang mengunggah video lama Budi Arie tersebut menulis komentar pedas, “Dasar anomali politik. Jejak digital masih nyala, klarifikasi malah nyeleneh."
Kolom komentar di berbagai platform media sosial pun dipenuhi sindiran dari pengguna internet. Akun @willycahy" menulis, “Mungkin dia kena penyakit lansia,” sementara @wai_" menimpali, “Seneng banget jilat ludah sendiri.” Komentar-komentar lain seperti “Gelandangan politik,” dari @agoyp" dan “Hasil ternak juragan we tok de tok,” dari @syaifullah.ikh" semakin memanaskan situasi.
Pelajaran dari Kontroversi Jejak Digital
Pernyataan terbaru Budi Arie mencerminkan fenomena klasik dalam politik Indonesia dimana loyalitas organisasi dan narasi perjuangan mudah berubah mengikuti arah kekuasaan. Kasus ini menjadi pengingat penting bagi semua publik figur tentang kekuatan dan keabadian jejak digital di era teknologi.
Sementara publik mungkin masih bisa memaafkan ingatan yang keliru, namun jejak digital rupanya tidak bisa dilupakan. Dan dalam kontroversi Projo kali ini, jejak digital tahun 2018 itulah yang justru berbicara lebih lantang dan meyakinkan dibandingkan dengan klarifikasi sang ketum Projo.
Artikel Terkait
Bukan Dibangun Pakai Uang Rakyat! Ini Fakta Mengejutkan di Balik Masjid Jokowi di Abu Dhabi
Bayar Utang Whoosh dengan Uang Koruptor? Ini Rencana Kontroversial Prabowo
Maxim Indonesia: Rahasia Pesan & Daftar Driver untuk Hasilkan Cuan!
Prabowo Gaspol! Whoosh Tak Cuma ke Surabaya, Tapi Diteruskan Sampai Ujung Jawa Timur