Soejomartono dan Sudaryanto mulanya menceritakan awal mula dirinya bisa hidup dalam pengasingan dan tidak bisa kembali Indonesia.
Dicabut Paspornya
Soejomartono mengaku dicabut paspor dan kewarganegaraannya usai menolak mengakui bahwa kudeta di Indonesia didalangi oleh Presiden ke-1 RI Sukarno.
"Buat saya pribadi itu sangat tidak masuk akal sebab Bung Karno waktu itu sudah menjadi presiden dengan dukungan yang kuat," kata Soejomartono.
Alhasil, sejak itu, Soejomartono yang saat itu berumur 22 tahun dan 16 mahasiswa RI lainnya pun terpaksa tinggal di Ceko.
"(Kewarganegaraan) Dicabut semua karena tidak mau menandatangani persetujuan atas terbentuknya pemerintahan yang baru," imbuh dia.
Hal serupa juga disampaikan Sudaryanto. Dia mengaku dicabut paspor dan kewarganegaraannya usai menolak mengutuk Bung Karno. Pemerintah Rusia disebutnya lantas memberikan jaminan untuk tinggal dan bekerja di Moskow.
"Setelah terjadi peristiwa 65 karena saya juga tidak memenuhi syarat screening karena pada saat itu dilakukan karena di sana ada poin bahwa harus mengutuk Bung Karno. Ini yang langsung tidak saya terima dan akhirnya dalam seminggu sesudahnya saya (menerima) surat pemberitahuan bahwa paspor saya sudah dicabut dan saya kehilangan kewarganegaraan," tutur Sudaryanto.
Tawaran Presiden Jokowi
Jokowi lantas menawarkan kepada Soejomartono dan Sudaryanto apakah ingin menjadi WNI lagi. "Pak Daryanto sama Pak Soejo ingin jadi warga negara Indonesia lagi nggak?" tanyanya.
Sudaryanto pun menjawab bahwa hal itu sudah direncanakan. Namun, istri, anak, dan cucunya saat ini tinggal di Rusia.
"Oh punya keluarga. Istri dari Rusia? Wah bawa ke Indonesia kan belum tentu mau kan ya?" tanya Jokowi lagi.
"Belom tentu tapi kalau diyakinkan saya kira bisa," jawab Sudaryanto.
Sebuah Kejutan
Sementara, Soejomartono mengaku belum memiliki rencana untuk kembali menjadi warga Indonesia. Sebab, pemulihan hak untuknya merupakan sebuah kejutan yang sebelumnya tidak pernah dia bayangkan.
"Saya belum punya rencana karena situasi yang semacam ini, ini buat saya kejutan. Saya tidak mengira bahwa bisa terjadi langkah-langkah di dalam saya masih hidup. Terus terang saja ini adalah suatu saat yang bersejarah bukan saja buat saya, saya sih sudah tidak bukan apa lagi-lagi, yang terutama yang buat generasi muda maju ke depan," tutur Soejomartono.
Mendengar jawaban Sudaryanto dan Soejomartono, Jokowi memastikan akan dengan senang hati menerima keduanya untuk kembali menjadi WNI.
"Jika ingin kembali jadi WNI saya gembira dan kita semua saya kira gembira," pungkas Jokowi.
Tak Pernah Khianati
Pemerintah akan menyatakan sejumlah eksil di luar negeri yang menjadi korban peristiwa HAM berat masa lalu tidak pernah mengkhianati negara. Salah satu di antaranya korban peristiwa G30S PKI pada 1965.
"Korban yang seperti ini orang yang sekolah bukan terlibat gerakan 30 September hanya disekolahkan saja sekarang masih ada di luar negeri, menurut Menkumham tadi masih ada 39 orang. Nanti ini akan kita cek satu per satu, meskipun mereka memang tidak mau pulang. Tidak mau pulang tetapi mereka ini akan kita nyatakan sebagai warga negara yang tidak pernah mengkhianati negara," kata Mahfud setelah rapat terbatas yang dipimpin Presiden Jokowi terkait tindak lanjut rekomendasi penyelesaian non yudisial pelanggaran HAM berat masa lalu.
Sumber: surabayapagi
Artikel Terkait
Viral! Video 7 Menit Julia Prastini dan Si Petinju Hebohkan Medsos
Dokter Kamelia Buka Suara Soal Hubungan Spesial dengan Ammar Zoni: Kami Sudah Sama-Sama Dewasa
Heboh! Jule dan Na Daehoon Bercerai? Ini Faktanya Terkait Isu Selingkuh dengan Petinju
Tayangan Trans7 Dikritik Sejarawan: Benarkah Ini Ajaran Kesopanan dalam Islam?